kumpulan skripsi,PTK ,literature pendidikan Dan kesehatan

Sunday 23 January 2011





HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA


DALAM BIDAN STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM


(Studi Kasus Di Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok Pinang Jakarta Selatan)

























Oleh:


Khoirudin


202011000966







JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


UIN SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA


1427 H / 2006 M





KATA PENGANTAR



Segala puji dan syukur dilimpahkan hanya kepada Allah SWT, Tuhan pemelihara semesta alam yang dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul Hubungan Antara Minat dengan Prestasi Belajar Siswa dalam Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Nurussalam Pondok Pinang. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Institute Pendidikan Agama Islam Daruttaqwa Gresik.


Penulisan skripsi ini terdapat hambatan dan rintangan tetapi atas bantuan beberapa pihak, maka hambatan dan rintangan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:


  1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


  1. Bapak Drs. Abdul Fatah Wibisono, M.Ag, Ketua Jurusan PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


  1. Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag, Sekretaris Jurusan PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


  1. Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M.Ag, yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dengan sabar dan ikhlas membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.




i


November 2006





  1. Ayahanda H. Muslih dan Ibunda Hj. Hiluyah yang telah banyak memberikan cinta dan kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.


  1. Para Dosen di Jurusan PAI yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan.


  1. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang dalam penulisan skripsi ini memberikan andil besar dalam hal penyediaan bahan pustakaan dan sumber-sumber bacaan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.


  1. Keluarga H. Sanusi yang telah memberikan semangat untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.


  1. Sahabat-sahabatku Ezha, Ela, Erna, Hana, Marifah, Zalfah, Tita, Rini dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dan selalu memberikan dorongan untuk terselesainya skripsi ini. Khususnya angkatan 2002 Program Ekstensi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan PAI.


Untuk semua itu penulis tidak dapat membalas jasa dan memberi penghargaan sebagaimana mestinya selain memohon kehadirat Allah SWT semoga amal dan jasa yang penulis terima dari mereka diterima oleh Allah SWT sebagai amal saleh disisi-Nya. Akhirnya dengan ketulusan hati penulis juga mengharapkan kritik dan saran


yang baik dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini.


Jakarta,





Penulis




ii





BAB I


PENDAHULUAN





A. Latar Belakang Masalah


Setiap orang tua yang menyekolahkan anaknya menginginkan anaknya berprestasi yang baik. Namun untuk mencapai hal itu bukanlah suatu hal yang mudah. Karena keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain, Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri, seperti kesehatan, mental, tingkat kecerdasan, minat dan sebagainya. Faktor itu berwujud juga sebagai kebutuhan dari anak. Faktor eksternal, ialah faktor yang datang dari luar diri anak, seperti kebersihan rumah, udara, lingkungan, keluarga, masyarakat, teman, guru, media, sarana dan prasarana belajar.


Sudah disadari baik oleh guru, siswa dan orang tua bahwa dalam belajar di sekolah, inteligensi (kemampuan intelektual) memerankan peranan yang penting, khususnya berpengaruh kuat terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk berprestasi. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh

prestasi.1 Meskipun peranan inteligensi sedemikian besar namun perlu diingat






1 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), h. 57

2







bahwa faktor-faktor lain pun tetap berpengaruh. Di antara faktor tersebut adalah Minat.

Dalam hal ini minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu. Hal itu sejalan dengan yang dikatakan oleh S. Nasution bahwa pelajaran akan berjalan lancar apabila ada

minat. Anak-anak malas, tidak belajar, gagal karena tidak ada minat.2


Dalam kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting. Bila seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila siswa tersebut belajar dengan minat dan perhatian besar terhadap objek yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh Usman Efendi dan Juhaya S Praja bahwa belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat.3


Dari keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang memiliki minat dengan siswa yang tidak memiliki minat dalam belajar akan terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut tampak jelas dengan ketekunan yang terus menerus. Siswa yang memiliki minat maka ia akan terus tekun ketika belajar



2 S. Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar, (Bandung; Jemmars, 1998) h. 58

3 Usman Efendi dan Juhaya S Praja, Pengantar Psikologi, (Bandung: Angkasa, 1993) h. 122

3







sedangkan siswa yang tidak memiliki minat walau pun ia mau untuk belajar akan tetapi ia tidak terus untuk tekun dalam belajar.


Begitu pula dalam proses belajar mengajar dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Tinggi rendahnya minat belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tentunya akan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar yang akan dicapai oleh siswa.


Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan mata pelajaran yang materinya berisikan peristiwa sejarah masa lalu, sehingga di sekolah guru sering terjebak menggunakan metode pengajaran yang digunakan lebih mengarah kepada metode ceramah atau bercerita saja. Padahal kedua metode tersebut dapat mendatangkan kebosanan siswa apabila guru yang memberikan materi tersebut tidak dapat menyesuaikan dengan kondisi atau keadaan siswa selain itu metode tersebut membuat siswa kurang kreatif menggunakan semua aspek kecerdasannya. Karena itu jika terjadi kebosanan pada siswa maka akan berpengaruh kepada minat siswa untuk mengikuti proses belajar. Demikian juga pembelajaran SKI yang seperti ini cukup kontektual dari sisi kebutuhan siswa untuk belajar mengembangkan dirinya sementara belajar berangkat dari kebutuhan siswa akan mudah membangkitkan minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut, sehingga mereka dapat meraih prestasi yang lebih optimal ketika siswa tidak lagi merasa berminat untuk mengikuti pelajaran ini, tentunya hal ini akan memberikan dampak pada tinggi rendahnya prestasi pembelajaran siswa di bidang mata pelajaran SKI.

4







Sehubungan dengan masalah tersebut dalam kesempatan ini penulis bermaksud mengkajinya dalam skripsi dengan judul :

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MADRASAH TSANAWIYAH NURUSSALAM PONDOK PINANG JAKARTA SELATAN.



  1. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah


Kajian tentang minat belajar dan prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam terkait dengan aspek atau variabel yang akan diteliti sebagai berikut:


  1. Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran SKI


  1. Peran guru dalam membangkitkan minat belajar SKI


  1. Langkah-langkah strategis membangkitkan minat belajar SKI


  1. Aspek-aspek kompetensi yang perlu dicapai dalam pembelajaran SKI


  1. Macam-macam penilaian terhadap prestasi belajar SKI


2. Pembatasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah dalam skripsi ini, melihat luasnya ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, membutuhkan spesifikasi kajian hal-hal yang dilakukan agar pembahasan lebih terfokus, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

5







    1. Minat belajar yang dimaksud adalah arahan perhatian, perasaan senang, perasaan tertarik, untuk mempelajari SKI timbul karena dorongan rasa ingin tahu akan apa yang terkandung dalam mata pelajaran tersebut.


    1. Prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa Madrasah Tsanawiyah kelas II semester II, yang dibuktikan nilai raport.


  1. Perumusan Masalah



Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: apakah terdapat hubungan secara signifikan antara minat belajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan prestasi belajar siswa Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok Pinang.


  1. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian


Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan minat belajar Sejarah Kebudayaan islam dengan prestasi siswa Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok Pinang.


2. Manfaat Penelitian


Dalam penelitian ini penulis berharap ada manfaat yang dapat diambil oleh pihak terkait seperti penulis sendiri, orang tua dan bagi para pendidik dalam hal ini khususnya guru. Dari hasil penelitian nantinya akan diketahui

6







apakah ada hubungan antar minat dan prestasi belajar, maka bagi penulis sebagai calon guru dan guru harus berusaha menumbuh kembangkan minat yang ada pada siswa. Sedangkan bagi orang tua hendaknya mengetahui dan mengarahkan minat anaknya, dan bagi sekolah sendiri berusaha melengkapi sarana dan prasarana yang ada karena hal ini dapat menimbulkan minat siswa untuk belajar.



D. Sistematika penulisan


Dalam penulisan karya tulis ini, penyusun menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:


Bab I Pendahuluan : menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, dan sistematika penulisan.


Bab II Kajian teoritis yang membahas tentang pengertian minat belajar, aspek minat belajar, indikator minat belajar dan faktor yang mempengaruhi minat, dan hakekat prestasi belajar yang terdiri dari pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, juga membahas tentang Sejarah Kebudayaan Islam sebagai mata pelajaran yang terdiri dari pengertian Sejarah kebudayaan Islam, kompetensi, jenis mata pelajaran, strategi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam secara efektif, selanjutnya tentang kerangka berfikir dan terakhir tentang pengajuan hipotesis.

7







Bab III Metodologi penelitian yang meliputi tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel, metode penelitian, instrumen pengumpulan data, teknik pengolahan data serta teknik anlisis data.


Bab IV Hasil penelitian yang menguraikan mengenai gambaran umum lokasi sekolah madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok pinang, gambaran umum responden, minat belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam, analisis korelasional, interprestasi dan alternatif strategi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam secara efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa.


Bab V Penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.





BAB II


KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN


HIPOTESIS





  1. Kajian teoritis


1. Minat Belajar Siswa


a. Pengertian Minat Belajar


Untuk dapat melihat keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar, seluruh faktor-fakor yang berhubungan dengan guru dan murid harus dapat diperhatikan. Mulai dari perilaku guru dalam mengajar sampai dengan tingkah laku siswa sebagai timabal balik dari hasil sebuah pengajaran.


Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar dapat mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap pelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik dengan pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu tanda-tanda minat. Lebih lanjut terdapat beberapa pengertian minat diantaranya adalah:


Menurut M. Alisuf Sabri Minat adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan








8





minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu.1


Menurut Muhibbin Syah Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.2


Menurut Ahmad D. Marimba Minat adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu.3

Menurut Drs. Mahfudh Shalahuddin Minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Dengan begitu minat, tambah Mahfudh, sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab

dari suatu kegiatan.4


Menurut Crow dan Crow bahwa minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.5





1

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. Ke-11, h. 84

2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-6, h. 136

3

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Almaarif, 1980),

Cet. Ke-4, h. 79

4

Mahfudh Shahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), Cet. Ke-

1, h. 95


5 Abd. Rachman Abror, Psykologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1993), Cet. Ke-4, h. 112





Dari kelima pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa minat akan timbul apabila mendapatkan rangsangan dari luar. Dan kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu bidang bersifat menetap dan merasakan perasaan yang senang apabila ia terlibat aktif didalamnya. Dan perasaan senang ini timbul dari lingkungan atau berasal dari objek yang menarik.


Dengan penjelasan ini, apabila seorang guru ingin berhasil dalam melakukan kegiatan belajar mengajar harus dapat memberikan rangsangan kepada murid agar ia berminat dalam mengikuti proses belajar mengajar tersebut. Apabila murid sudah merasa berminat mengikuti pelajaran, maka ia akan dapat mengerti dengan mudah dan sebaliknya apabila murid merasakan tidak berminat dalam melakukan proses pembelajaran ia akan merasa tersiksa mengikuti pelajaran tersebut.


b. Aspek-aspek Minat Belajar


Seperti yang telah di kemukakan bahwa minat dapat diartikan sebagai suatu ketertarikan terhadap suatu objek yang kemudian mendorong individu untuk mempelajari dan menekuni segala hal yang berkaitan dengan minatnya tersebut.


Minat yang diperoleh melalui adanya suatu proses belajar dikembangkan melalui proses menilai suatu objek yang kemudian menghasilkan suatu penilaian penilaian tertentu terhadap objek yang menimbulkan minat seseorang .





Penilaian-penilaian terhadap objek yang diperoleh melalui proses belajar itulah yang kemudian menghasilkan suatu keputusan mengenal adanya ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap objek yang dihadapinya.


Hurlock (1978) mengatakan minat merupakan hasil dari pengalaman atau proses belajar.6 Lebih jauh ia mengemukakan bahwa minat memiliki dua aspek yaitu:


  1. Aspek kognitif


Aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari dari lingkungan.


  1. Aspek afektif


Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam


memotivasikan tindakan seseorang.


Berdasarkan uraian tersebut, maka mint terhadap mata pelajaran SKI yang dimiliki seseorang bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif dan penilaian afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif



6 Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 422





dan afektif seseorang terhadap objek minat adalah positif maka akan menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.


c. Indikator Minat Belajar


Dalam kamus besar Bahasa Indonesia indikator adalah Alat pemantau (sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk / keterangan.7 Kaitannya dengan minat siswa maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk ke arah minat. Ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas maupun dirumah.


a. Perasaan Senang


Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran SKI misalnya, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan SKI. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.


b. Perhatian dalam Belajar


Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek


7 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), Cet. Ke-10, h.

329





tersebut. Misalnya, seorang siswa menaruh minat terhadap pelajaran


SKI, maka ia berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya.


c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik


Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran


karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya


terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya,


teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik.


Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa mampu


mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya


ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa


yang berkemampuan rata-rata.


Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip oleh Ali Imran


sebagai berikut:


Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada gur, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diketahui oleh orng lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontroldiri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya .8


d. Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran


Selain adanya perasaan senang, perhatian dalam belajar dan


juga bahan pelajaran serta sikap guru yang menarik. Adanya manfaat




8 Ali Imran, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1996), Cet, Ke-1, h.

88





dan fungsi pelajaran (dalam hal ini pelajaran SKI) juga merupakan salah satu indikator minat. Karena setiap pelajaran mempunyai manfaat dan fungsinya. Seperti contoh misalnya pelajaran SKI banyak memberikan manfaat kepada siswa bila SKI tidak hanya dipelajari di sekolah tetapi juga dipelajari sebaliknya bila siswa tidak membaca pelajaran SKI maka siswa tidak dapat merasakan manfaat yang terdapat dalam pelajaran SKI tersebut.


d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar


Salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar adalah minat terutama minat yang tinggi. Minat itu tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi munculnya minat.


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa antara lain:


1) Motivasi


Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baik yang bersifat internal ataupun eksternal. Menurut D.P. Tampubolon minat merupakan perpaduan antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi.9 seorang siswa yang ingin memperdalam Ilmu Pengetahuan tentang tafsir






9 D.P. Tampubolon, Mengembangkan Minat Membaca Pada Anak, (Bandung: Angkasa, 1993), Cet, Ke-1, h.41





misalnya, tentu akan terarah minatnya untuk membaca buku-buku tentang tafsir, mendiskusikannya, dan sebagainya.



2) Belajar


Minat dapat diperoleh melalui belajar, karena dengan belajar siswa yang semula tidak menyenangi suatu pelajaran tertentu, lama kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan mengenai pelajaran tersebut, minat pun tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi mempelajari pelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D.G bahwa minat akan timbul dari sesuatu yang diketahui dan kita dapat mengetahui sesuatu dengan belajar, karena itu semakin banyak belajar semakin luas pula bidang minat.10

3) Bahan Pelajaran dan Sikap Guru


Faktor yang dapat membangkitkan dan merangsang minat adalah faktor bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, akan sering dipelajari oleh siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak menarik minat siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa, sebagaimana telah disinyalir oleh Slameto bahwa Minat mempunyai



10 Singgih D.G. dan Ny. SDG, Psikologi Perawatan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), Cet. Ke-3, h 68





pengaruh yang sangat besar terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.11


Guru juga salah satu obyek yang dapat merangsang dan membangkitkan minat belajar siswa. Menurut Kurt Singer bahwa Guru yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya, berarti telah melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat dilakukan demi kepentingan murid-muridnya.12

Guru yang pandai, baik, ramah , disiplin, serta disenangi murid sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan minat murid. Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan tidak disukai oleh murid, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat dan perhatian murid.


Bentuk-bentuk kepribadian gurulah yang dapat mempengaruhi timbulnya minat siswa. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru harus peka terhadap situasi kelas. Ia harus mengetahui dan memperhatikan akan metode-metode mengajar yang cocok dan sesuai denga tingkatan kecerdasan para siswanya, artinya guru harus memahami kebutuhan dan perkembangan jiwa siswanya.



11 Slameto, op.cit, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet. Ke-2, h.187

12 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Terj. Bergman Sitorus), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1987), h. 93










4) Keluarga


Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga, oleh karenanya keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat seorang siswa terhadap pelajaran. Apa yang diberikan oleh keluarga sangat berpengaruhnya bagi perkembangan jiwa anak. Dalam proses perkembangan minat diperlukan dukungan perhatian dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua.


5) Teman Pergaulan


Melalui pergaulan seseorang akan dapat terpengaruh arah


minatnya oleh teman-temannya, khususnya teman akrabnya. Khusus


bagi remaja, pengaruh teman ini sangat besar karena dalam pergaulan


itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan aktifitas bersama-


sama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang mereka


alami.


6) Lingkungan


Melalui pergaulan seseorang akan terpengaruh minatnya. Hal


ini ditegaskan oleh pendapat yang dikemukakan oleh Crow& Crow





bahwa minat dapat diperoleh dari kemudian sebagai dari pengalaman


mereka dari lingkungan di mana mereka tinggal.13


Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan


perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan


membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat


bergaul, juga tempat bermain sehari-hari dengan keadaan alam dan


iklimnya, flora serta faunanya


Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan


dan perkembangan bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu


sendiri serta jasmani dan rohaninya.14


7) Cita-cita


Setiap manusia memiliki cita-cita di dalam hidupnya, termasuk


para siswa. Cita-cita juga mempengaruhi minat belajar siswa, bahkan


cita-cita juga dapat dikatakan sebagai perwujudan dari minat


seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan datang. Cita-


cita ini senantiasa dikejar dan diperjuangkan, bahkan tidak jarang


meskipun mendapat rintangan, seseorang tetap beruaha untuk


mencapainya.





13 L. Crow dan A. Crow, op.cit., (Surabaya: Bina Ilmu, 1988), h. 352

14 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 130





8) Bakat


Melalui bakat seseorang akan memiliki minat. Ini dapat dibuktikan dengan contoh: bila seseorang sejak kecil memiliki bakat menyanyi, secara tidak langsung ia akan memiliki minat dalam hal menyanyi. Jika ia dipaksakan untuk menyukai sesuatu yang lain, kemungkinan ia akan membencinya atau merupakan suatu beban bagi dirinya. Oleh karena itu, dalam memberikan pilihan baik sekolah maupun aktivitas lainnya sebaiknya disesuaikan dengan bakat dimiliki.


9) Hobi


Bagi setiap orang hobi merupakan salah satu hal yang menyebabkan timbulnya minat. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki hobi terhadap matematika maka secara tidak langsung dalam dirinya timbul minat untuk menekuni ilmu matematika, begitupun dengan hobi yang lainnya. Dengan demikian, faktor hobi tidak bisa dipisahkan dari faktor minat.


10) Media Massa


Apa yang ditampilkan di media massa, baik media cetak atau pun media elektronik, dapat menarik dan merangsang khalayak untuk memperhatikan dan menirunya. Pengaruh tersebut menyangkut istilah, gaya hidup, nilai-nilai, dan juga perilaku sehari-hari. Minat khalayak dapat terarah pada apa yang dilihat, didengar, atau diperoleh dari media massa.





11) Fasilitas


Berbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana, baik yang berada di rumah, di sekolah, dan di masyarakat memberikan pengaruh yang positif dan negatif. Sebagai contoh, bila fasilitas yang mendukung upaya pendidikan lengkap tersedia, maka timbul minat anak untuk menambah wawasannya. Tetapi apabila fasilitas yang ada justru mengikis minat pendidikannya, seperti merebaknya tempat-tempat hiburan yang ada di kota-kota besar, tentu hal ini berdampak negatif bagi pertumbuhan minat tersebut.



2. Prestasi Belajar


a. Pengertian Prestasi Belajar


Prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Istilah tersebut lazim digunakan sebagai sebutan dari penilaian dari hasil belajar. Dimana penilaian tersebut bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Prestasi belajar digunakan untuk menunjukkan hasil yang optimal dari suatu aktivitas belajar sehingga artinya pun tidak dapat dipisahkan dari pengertian belajar .





Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari usaha yang telah dilakukan dan dikerjakan.15 atau dalam definisi yang lebih singkat bahwa prestasi adalah hasil yang telah di capai (dilakukan dan dikerjakan).16 Senada dengan pengertian di atas, prestasi adalah hasil yang telah di capai dari apa yang dikerjakan/ yang sudah diusahakan.17

Menurut Masud Khasan Abdul Qahar, prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.18 Tidak jauh dari pengertian yang dikemukakan oleh Masud, Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.19


Dengan demikian, dapat dinyatakan beberapa rumusan dari pengertian prestasi belajar, diantaranya bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau materi yang dikembangkan oleh mata





15 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Edisi II, Cet. Ke-10, h. 787


16 W.J.S. Purdamimta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), Cet. Ke-10, h. 768


17 J.S. Badudu dan Sultan M. Zein, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), Cet. Ke-2, h. 1088

18 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional,

1994), h. 20

19 Ibid., h. 21




pelajaran.20 Hasil belajar menurut Nana Sudjana adalah kemampuan yang dimiliki siswa, setelah ia menerima pengalaman belajarnya.21 Sedangkan menurut Hadari Nawawi prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan murid untuk mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi.22


Dalam dunia pendidikan, bentuk penilaian dari suatu prestasi


biasanya dapat dilihat atau dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau


angka-angka. Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang diraih oleh peserta


didik dari aktivitas belajarnya yang ditempuh untuk memperoleh


pengetahuan dan keterampilan yang dapat diwujudkan dengan adanya


perubahan sikap dan tingkah laku dan pada umumnya dinyatakan dalam


bentuk simbol huruf atau angka-angka.


Prestasi belajar yang didapatkan oleh seorang siswa bersifat


sementara kadang kala dalam suatu tahapan belajar, siswa yang berhasil


secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang


gagal. Seperti angka raport rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir


dan sebagainya.



20 Habeyh, Kamus Populer, (Jakarta: Centre, 1974), h. 139


21 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), Cet. Ke-4, h. 22


22 Hadari Nawawi, Pengaruh Hubungan Manusia dikalangan Murid terhadap Prestasi Belajar di SD, (Jakarta: Analisa Pendidikan, 1981), h. 100





b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Menurut Muhibbin Syah, secara global faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu Faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar.23

1) Faktor Internal


Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan / kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor ini meliputi 2 aspek, yakni : a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)


Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi jasmani yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan lain sebagainya sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.


b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)


Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran



23 Muhibbin Syah, op.cit., h 132





siswa. Diantaranya adalah tingkat intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.


Intelegensi Siswa


Tingkat kecerdasan merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Jika tingkat kecerdasan rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula. Clark mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.24 Sehingga tidak diragukan lagi bahwa tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.


Sikap Siswa


Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap objek, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang diterima merupakan tanda yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajarannya menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut, sehingga prestasi belajar yang di capai siswa akan kurang memuaskan.



24 Hlen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. Ke-1, h. 130





Bakat Siswa


Sebagaimana halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadah untuk mencapai hasil belajar tertentu. Secara umum bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Peserta didik yang kurang atau tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar.


Minat Siswa


Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa. Siswa yang menaruh minat besar terhadap bidang studi tertentu akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lain, sehingga memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat dan pada akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.


Motivasi Siswa


Tanpa motivasi yang besar, peserta didik akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan belajar. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi





ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal keadaan yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi yang dipandang lebih esensial adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.


2) Faktor Eksternal


Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi/keadaan lingkungan di sekitar siswa. Adapun faktor eksteren yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah :


a) Lingkungan sosial


Lingkungan sosial siswa di sekolah adalah para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelasnya, yanf dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan di sekitar perkmpungan siswa juga termasuk lingkungan sosial bagi siswa. Namun lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar sisa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang di capai siswa.





b) Lingkungan non sosial


Lingkungan non social ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.



3) Faktor Pendekatan Belajar


Tercapainya hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas siswa dalam belajar. Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor pendekata belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga smakin mendalam cara belajar siswa maka semakin baik hasilnya.



3. Sejarah Kebudayaan Islam sebagai Mata Pelajaran


a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam


Pengertian Sejarah kebudayaan Islam yang terdapat di dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah:


Salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar





pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.25


Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mempunyai fungsi yang dapat menjelaskan ketercapaian yang tercantum dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diterapkan di madrasah. Fungsi dasar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam meliputi:


  1. Fungsi edukatif


Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.


  1. Fungsi keilmuan


Melalui sejarah peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya.


  1. Fungsi transformasi


Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam


merancang transformasi masyarakat.26


Mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam di Madrasah


Tsanawiyah memiliki tujuan sebagai berikut:







25 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Kerangka Dasar, (Jakarta: Departemen Pendidikan nasional, 2004), h. 68


26 Departemen Pendidikan Agama RI, Pedoman Khusus Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Departemen Pendidikan Agama RI, 2004), h 2





1) Memberikan pengetahuan tentang Sejarah Agama Islam dan Kebudayaan Islam pada masa Nabi Muhammad saw. Dan khulafaur Rasyidin kepada peserta didik, agar ia memiliki konsep yang obyektif dan sistematis dalam perspektif histories.


    1. Mengambil hikmah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.


    1. Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk, berdasarkan cermatnya atas fakta sejarah yang ada.


    1. Membekali peserta didik untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur.27


  1. Kompetensi Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam


Acuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran dan memantau perkembangan mutu pendidikan adalah standar kompetensi. Standar kompetensi dapat didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran.


Standar Kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam MTs berisi mata pelajaran yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh Sejarah Kebudayaan Islam di MTs. Kemampuan ini



27 Ibid, h 3





berorientasi pada perilaku aspek afektif , peserta didik memiliki: keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWt. Sesuai ajaran Agama Islam yang tercermin dalam perilaku sehari-hari memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan humaniora, serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara baik lingkup nasional maupun global. Berkenaan dengan aspek kognitif, menguasai ilmu, teknologi, dan kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berkenaan dengan aspek psikomotorik, memiliki keterampilan berkomunikasi, kecakapan hidup, mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam baik lokal, regional, maupun global, memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas / kegiatan sehari-hari.


Standar kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam juga mengacu pada struktur keilmuan mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam. Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut, standar kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam MTs adalah sebagai berikut:


  1. Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang sjarah pembentukan dinasti Umayah, biografi dan kebijakan khalifah-khalifah dinasti Umayah (Muawiyah bin Abi Sofyan, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Azis dan Hisyam bin Abdul Malik), kemajuan dinasti Umayah (bidang politik dan militer).





    1. Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang kemajuan dinasti Umayah bidang (ilmu agama islam) dan mengkaji sebab-sebab keruntuhannya, sejarah terbentuknya dinasti Abbasiyah, geografi dan kebijakan khalifah-khalifah Abbasiyah, geografi dan kebijakan khalifah-khalifah Abbasiyah yang terkenal (Abu Jafar al Mansur, Harun al Rasyid dan Abdullah al Makmun), kemajuan dinasti Abbasiyah (bidang sosial budaya, politik dan militer).


    1. Kemampuan membiasakan diri untuk mencari, menyerap, menyampaikan dan menggunakan informasi tentang kemajuan-kemajuan dinasti Abbasiyah (bidang ilmu pengetahuan dan bidang ilmu agama islam), dan mengkaji sebab-sebab keruntuhannya serta kemajuan-kemajuan dinasti Al Ayubiyah.28


  1. Strategi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Secara Efektif


Sejarah Kebudayaan Islam secara substansial memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memperaktekan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.


Kenyataannya, setelah ditelusuri, pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam menghadapi beberapa kendala, antara lain: waktu yang disediakan terbatas sedangkan materi begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan



28 Departemen Agama RI, op.cit., h. 3-4





kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntunan terhadap mata pelajaran lainnya. Kelemahan lain, materi Sejarah Kebudayaan Islam, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif). Dalam implementasinya juga lebih didominasi pencapaian kemampuan kognitif, kurang mengakomodasikan kebutuhan afektif.


Kendala lain adalah lemahnya sumber daya guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam pengembangan pendekatan, metode yang lebih variatif serta dalam mengusahakan media yang digunakan untuk mengefektifkan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan bagi guru Sejarah Kebudayaan Islam. Padahal guru Sejarah Kebudayaan Islam merupakan tenaga kependidikan dan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang mempunyai kedudukan strategis dan menentukan keberhasilan pembelajaran di sekolah. Untuk itu, guru Sejarah Kebudayaan Islam harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar dapat mengelola kegiatan pembelajaran secar efektif dan efisien.


Strategi pembelajaran baru dapat berlangsung secara efektif dan efisien, jika Guru harus dapat mengetahui keadaan yang tepat untuk memulai proses belajar mengajar. Keadaan siswa yang memiliki konsentrasi atau perhatian yang penuh tentu akan dapat dengan mudah menerima pelajaran yang diberikan kepadanya. Siswa yang memiliki





konsentrasi penuh akan belajar lebih cepat dan lebih mudah. Selain itu, mereka mengingat informasi lebih lama.



B. Kerangka Berfikir


Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang.


Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dihafalkan dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.


Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi belajar dan hasilnya maka minat dapat mempengaruhi kwalitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Maka apabila seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap suatu bidang studi ia akan memusatkan perhatian lebih banyak dari temannya, kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang tinggi dalam bidang studi tersebut. Demikian pula halnya





dengan minat siswa terhadap bidang studi SKI, apabila seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap bidang studi SKI maka siswa tersebut akan memusatkan perhatiannya terhadap bidang studi SKI dan lebih giat dalam mempelajari bidang studi ini dan prestasinya pun akan memuaskan.


Tujuan mempelajari sejarah Kebudayaan Islam adalah agar siswa siswi siswi mengetahui Sejarah Islam lalu mencontoh keteladanan sifat-sifat dari tokoh Islam masa lalu itu dengan mengambil hikmah dari nilai dan makna sejarah, menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk berdasarkan pengetahuannya atas fakta sejarah yang ada, dan juga untuk menggugah semangat untuk mendalami Islam yang lebih baik.



  1. Pengajuan Hipotesis


Untuk memudahkan jalan bagi penelitian ini, Penulis mengajukan hipotesa yang


nantinya akan diuji kebenarannya. Hipotesa terebut adalah sebagai berikut:


Ho : Tidak ada hubungan antara minat dengan prestasi belajar siswa kelas II dalam bidang studi SKI


Ha : Ada hubungan antara minat dengan prestasi belajar siswa kelas II dalam bidang studi SKI





BAB II


KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN


HIPOTESIS





  1. Kajian teoritis


1. Minat Belajar Siswa


a. Pengertian Minat Belajar


Untuk dapat melihat keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar, seluruh faktor-fakor yang berhubungan dengan guru dan murid harus dapat diperhatikan. Mulai dari perilaku guru dalam mengajar sampai dengan tingkah laku siswa sebagai timabal balik dari hasil sebuah pengajaran.


Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar dapat mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap pelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik dengan pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu tanda-tanda minat. Lebih lanjut terdapat beberapa pengertian minat diantaranya adalah:


Menurut M. Alisuf Sabri Minat adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan








8





minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu.1


Menurut Muhibbin Syah Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.2


Menurut Ahmad D. Marimba Minat adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu.3

Menurut Drs. Mahfudh Shalahuddin Minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Dengan begitu minat, tambah Mahfudh, sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab

dari suatu kegiatan.4


Menurut Crow dan Crow bahwa minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.5





1

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. Ke-11, h. 84

2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-6, h. 136

3

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Almaarif, 1980),

Cet. Ke-4, h. 79

4

Mahfudh Shahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), Cet. Ke-

1, h. 95


5 Abd. Rachman Abror, Psykologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1993), Cet. Ke-4, h. 112





Dari kelima pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa minat akan timbul apabila mendapatkan rangsangan dari luar. Dan kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu bidang bersifat menetap dan merasakan perasaan yang senang apabila ia terlibat aktif didalamnya. Dan perasaan senang ini timbul dari lingkungan atau berasal dari objek yang menarik.


Dengan penjelasan ini, apabila seorang guru ingin berhasil dalam melakukan kegiatan belajar mengajar harus dapat memberikan rangsangan kepada murid agar ia berminat dalam mengikuti proses belajar mengajar tersebut. Apabila murid sudah merasa berminat mengikuti pelajaran, maka ia akan dapat mengerti dengan mudah dan sebaliknya apabila murid merasakan tidak berminat dalam melakukan proses pembelajaran ia akan merasa tersiksa mengikuti pelajaran tersebut.


b. Aspek-aspek Minat Belajar


Seperti yang telah di kemukakan bahwa minat dapat diartikan sebagai suatu ketertarikan terhadap suatu objek yang kemudian mendorong individu untuk mempelajari dan menekuni segala hal yang berkaitan dengan minatnya tersebut.


Minat yang diperoleh melalui adanya suatu proses belajar dikembangkan melalui proses menilai suatu objek yang kemudian menghasilkan suatu penilaian penilaian tertentu terhadap objek yang menimbulkan minat seseorang .





Penilaian-penilaian terhadap objek yang diperoleh melalui proses belajar itulah yang kemudian menghasilkan suatu keputusan mengenal adanya ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap objek yang dihadapinya.


Hurlock (1978) mengatakan minat merupakan hasil dari pengalaman atau proses belajar.6 Lebih jauh ia mengemukakan bahwa minat memiliki dua aspek yaitu:


  1. Aspek kognitif


Aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari dari lingkungan.


  1. Aspek afektif


Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam


memotivasikan tindakan seseorang.


Berdasarkan uraian tersebut, maka mint terhadap mata pelajaran SKI yang dimiliki seseorang bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif dan penilaian afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif



6 Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 422





dan afektif seseorang terhadap objek minat adalah positif maka akan menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.


c. Indikator Minat Belajar


Dalam kamus besar Bahasa Indonesia indikator adalah Alat pemantau (sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk / keterangan.7 Kaitannya dengan minat siswa maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk ke arah minat. Ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas maupun dirumah.


a. Perasaan Senang


Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran SKI misalnya, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan SKI. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.


b. Perhatian dalam Belajar


Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek


7 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), Cet. Ke-10, h.

329





tersebut. Misalnya, seorang siswa menaruh minat terhadap pelajaran


SKI, maka ia berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya.


c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik


Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran


karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya


terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya,


teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik.


Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa mampu


mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya


ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa


yang berkemampuan rata-rata.


Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip oleh Ali Imran


sebagai berikut:


Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada gur, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diketahui oleh orng lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontroldiri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya .8


d. Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran


Selain adanya perasaan senang, perhatian dalam belajar dan


juga bahan pelajaran serta sikap guru yang menarik. Adanya manfaat




8 Ali Imran, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1996), Cet, Ke-1, h.

88





dan fungsi pelajaran (dalam hal ini pelajaran SKI) juga merupakan salah satu indikator minat. Karena setiap pelajaran mempunyai manfaat dan fungsinya. Seperti contoh misalnya pelajaran SKI banyak memberikan manfaat kepada siswa bila SKI tidak hanya dipelajari di sekolah tetapi juga dipelajari sebaliknya bila siswa tidak membaca pelajaran SKI maka siswa tidak dapat merasakan manfaat yang terdapat dalam pelajaran SKI tersebut.


d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar


Salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar adalah minat terutama minat yang tinggi. Minat itu tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi munculnya minat.


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa antara lain:


1) Motivasi


Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baik yang bersifat internal ataupun eksternal. Menurut D.P. Tampubolon minat merupakan perpaduan antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi.9 seorang siswa yang ingin memperdalam Ilmu Pengetahuan tentang tafsir






9 D.P. Tampubolon, Mengembangkan Minat Membaca Pada Anak, (Bandung: Angkasa, 1993), Cet, Ke-1, h.41





misalnya, tentu akan terarah minatnya untuk membaca buku-buku tentang tafsir, mendiskusikannya, dan sebagainya.



2) Belajar


Minat dapat diperoleh melalui belajar, karena dengan belajar siswa yang semula tidak menyenangi suatu pelajaran tertentu, lama kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan mengenai pelajaran tersebut, minat pun tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi mempelajari pelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D.G bahwa minat akan timbul dari sesuatu yang diketahui dan kita dapat mengetahui sesuatu dengan belajar, karena itu semakin banyak belajar semakin luas pula bidang minat.10

3) Bahan Pelajaran dan Sikap Guru


Faktor yang dapat membangkitkan dan merangsang minat adalah faktor bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, akan sering dipelajari oleh siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak menarik minat siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa, sebagaimana telah disinyalir oleh Slameto bahwa Minat mempunyai



10 Singgih D.G. dan Ny. SDG, Psikologi Perawatan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), Cet. Ke-3, h 68





pengaruh yang sangat besar terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.11


Guru juga salah satu obyek yang dapat merangsang dan membangkitkan minat belajar siswa. Menurut Kurt Singer bahwa Guru yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya, berarti telah melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat dilakukan demi kepentingan murid-muridnya.12

Guru yang pandai, baik, ramah , disiplin, serta disenangi murid sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan minat murid. Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan tidak disukai oleh murid, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat dan perhatian murid.


Bentuk-bentuk kepribadian gurulah yang dapat mempengaruhi timbulnya minat siswa. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru harus peka terhadap situasi kelas. Ia harus mengetahui dan memperhatikan akan metode-metode mengajar yang cocok dan sesuai denga tingkatan kecerdasan para siswanya, artinya guru harus memahami kebutuhan dan perkembangan jiwa siswanya.



11 Slameto, op.cit, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet. Ke-2, h.187

12 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Terj. Bergman Sitorus), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1987), h. 93










4) Keluarga


Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga, oleh karenanya keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat seorang siswa terhadap pelajaran. Apa yang diberikan oleh keluarga sangat berpengaruhnya bagi perkembangan jiwa anak. Dalam proses perkembangan minat diperlukan dukungan perhatian dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua.


5) Teman Pergaulan


Melalui pergaulan seseorang akan dapat terpengaruh arah


minatnya oleh teman-temannya, khususnya teman akrabnya. Khusus


bagi remaja, pengaruh teman ini sangat besar karena dalam pergaulan


itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan aktifitas bersama-


sama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang mereka


alami.


6) Lingkungan


Melalui pergaulan seseorang akan terpengaruh minatnya. Hal


ini ditegaskan oleh pendapat yang dikemukakan oleh Crow& Crow





bahwa minat dapat diperoleh dari kemudian sebagai dari pengalaman


mereka dari lingkungan di mana mereka tinggal.13


Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan


perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan


membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat


bergaul, juga tempat bermain sehari-hari dengan keadaan alam dan


iklimnya, flora serta faunanya


Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan


dan perkembangan bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu


sendiri serta jasmani dan rohaninya.14


7) Cita-cita


Setiap manusia memiliki cita-cita di dalam hidupnya, termasuk


para siswa. Cita-cita juga mempengaruhi minat belajar siswa, bahkan


cita-cita juga dapat dikatakan sebagai perwujudan dari minat


seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan datang. Cita-


cita ini senantiasa dikejar dan diperjuangkan, bahkan tidak jarang


meskipun mendapat rintangan, seseorang tetap beruaha untuk


mencapainya.





13 L. Crow dan A. Crow, op.cit., (Surabaya: Bina Ilmu, 1988), h. 352

14 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 130





8) Bakat


Melalui bakat seseorang akan memiliki minat. Ini dapat dibuktikan dengan contoh: bila seseorang sejak kecil memiliki bakat menyanyi, secara tidak langsung ia akan memiliki minat dalam hal menyanyi. Jika ia dipaksakan untuk menyukai sesuatu yang lain, kemungkinan ia akan membencinya atau merupakan suatu beban bagi dirinya. Oleh karena itu, dalam memberikan pilihan baik sekolah maupun aktivitas lainnya sebaiknya disesuaikan dengan bakat dimiliki.


9) Hobi


Bagi setiap orang hobi merupakan salah satu hal yang menyebabkan timbulnya minat. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki hobi terhadap matematika maka secara tidak langsung dalam dirinya timbul minat untuk menekuni ilmu matematika, begitupun dengan hobi yang lainnya. Dengan demikian, faktor hobi tidak bisa dipisahkan dari faktor minat.


10) Media Massa


Apa yang ditampilkan di media massa, baik media cetak atau pun media elektronik, dapat menarik dan merangsang khalayak untuk memperhatikan dan menirunya. Pengaruh tersebut menyangkut istilah, gaya hidup, nilai-nilai, dan juga perilaku sehari-hari. Minat khalayak dapat terarah pada apa yang dilihat, didengar, atau diperoleh dari media massa.





11) Fasilitas


Berbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana, baik yang berada di rumah, di sekolah, dan di masyarakat memberikan pengaruh yang positif dan negatif. Sebagai contoh, bila fasilitas yang mendukung upaya pendidikan lengkap tersedia, maka timbul minat anak untuk menambah wawasannya. Tetapi apabila fasilitas yang ada justru mengikis minat pendidikannya, seperti merebaknya tempat-tempat hiburan yang ada di kota-kota besar, tentu hal ini berdampak negatif bagi pertumbuhan minat tersebut.



2. Prestasi Belajar


a. Pengertian Prestasi Belajar


Prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Istilah tersebut lazim digunakan sebagai sebutan dari penilaian dari hasil belajar. Dimana penilaian tersebut bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Prestasi belajar digunakan untuk menunjukkan hasil yang optimal dari suatu aktivitas belajar sehingga artinya pun tidak dapat dipisahkan dari pengertian belajar .





Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari usaha yang telah dilakukan dan dikerjakan.15 atau dalam definisi yang lebih singkat bahwa prestasi adalah hasil yang telah di capai (dilakukan dan dikerjakan).16 Senada dengan pengertian di atas, prestasi adalah hasil yang telah di capai dari apa yang dikerjakan/ yang sudah diusahakan.17

Menurut Masud Khasan Abdul Qahar, prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.18 Tidak jauh dari pengertian yang dikemukakan oleh Masud, Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.19


Dengan demikian, dapat dinyatakan beberapa rumusan dari pengertian prestasi belajar, diantaranya bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau materi yang dikembangkan oleh mata





15 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Edisi II, Cet. Ke-10, h. 787


16 W.J.S. Purdamimta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), Cet. Ke-10, h. 768


17 J.S. Badudu dan Sultan M. Zein, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), Cet. Ke-2, h. 1088

18 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional,

1994), h. 20

19 Ibid., h. 21




pelajaran.20 Hasil belajar menurut Nana Sudjana adalah kemampuan yang dimiliki siswa, setelah ia menerima pengalaman belajarnya.21 Sedangkan menurut Hadari Nawawi prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan murid untuk mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi.22


Dalam dunia pendidikan, bentuk penilaian dari suatu prestasi


biasanya dapat dilihat atau dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau


angka-angka. Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang diraih oleh peserta


didik dari aktivitas belajarnya yang ditempuh untuk memperoleh


pengetahuan dan keterampilan yang dapat diwujudkan dengan adanya


perubahan sikap dan tingkah laku dan pada umumnya dinyatakan dalam


bentuk simbol huruf atau angka-angka.


Prestasi belajar yang didapatkan oleh seorang siswa bersifat


sementara kadang kala dalam suatu tahapan belajar, siswa yang berhasil


secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang


gagal. Seperti angka raport rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir


dan sebagainya.



20 Habeyh, Kamus Populer, (Jakarta: Centre, 1974), h. 139


21 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), Cet. Ke-4, h. 22


22 Hadari Nawawi, Pengaruh Hubungan Manusia dikalangan Murid terhadap Prestasi Belajar di SD, (Jakarta: Analisa Pendidikan, 1981), h. 100





b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Menurut Muhibbin Syah, secara global faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu Faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar.23

1) Faktor Internal


Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan / kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor ini meliputi 2 aspek, yakni : a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)


Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi jasmani yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan lain sebagainya sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.


b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)


Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran



23 Muhibbin Syah, op.cit., h 132





siswa. Diantaranya adalah tingkat intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.


Intelegensi Siswa


Tingkat kecerdasan merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Jika tingkat kecerdasan rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula. Clark mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.24 Sehingga tidak diragukan lagi bahwa tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.


Sikap Siswa


Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap objek, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang diterima merupakan tanda yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajarannya menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut, sehingga prestasi belajar yang di capai siswa akan kurang memuaskan.



24 Hlen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. Ke-1, h. 130





Bakat Siswa


Sebagaimana halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadah untuk mencapai hasil belajar tertentu. Secara umum bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Peserta didik yang kurang atau tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar.


Minat Siswa


Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa. Siswa yang menaruh minat besar terhadap bidang studi tertentu akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lain, sehingga memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat dan pada akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.


Motivasi Siswa


Tanpa motivasi yang besar, peserta didik akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan belajar. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi





ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal keadaan yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi yang dipandang lebih esensial adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.


2) Faktor Eksternal


Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi/keadaan lingkungan di sekitar siswa. Adapun faktor eksteren yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah :


a) Lingkungan sosial


Lingkungan sosial siswa di sekolah adalah para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelasnya, yanf dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan di sekitar perkmpungan siswa juga termasuk lingkungan sosial bagi siswa. Namun lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar sisa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang di capai siswa.





b) Lingkungan non sosial


Lingkungan non social ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.



3) Faktor Pendekatan Belajar


Tercapainya hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas siswa dalam belajar. Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor pendekata belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga smakin mendalam cara belajar siswa maka semakin baik hasilnya.



3. Sejarah Kebudayaan Islam sebagai Mata Pelajaran


a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam


Pengertian Sejarah kebudayaan Islam yang terdapat di dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah:


Salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar





pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.25


Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mempunyai fungsi yang dapat menjelaskan ketercapaian yang tercantum dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diterapkan di madrasah. Fungsi dasar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam meliputi:


  1. Fungsi edukatif


Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.


  1. Fungsi keilmuan


Melalui sejarah peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya.


  1. Fungsi transformasi


Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam


merancang transformasi masyarakat.26


Mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam di Madrasah


Tsanawiyah memiliki tujuan sebagai berikut:







25 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Kerangka Dasar, (Jakarta: Departemen Pendidikan nasional, 2004), h. 68


26 Departemen Pendidikan Agama RI, Pedoman Khusus Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Departemen Pendidikan Agama RI, 2004), h 2





1) Memberikan pengetahuan tentang Sejarah Agama Islam dan Kebudayaan Islam pada masa Nabi Muhammad saw. Dan khulafaur Rasyidin kepada peserta didik, agar ia memiliki konsep yang obyektif dan sistematis dalam perspektif histories.


    1. Mengambil hikmah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.


    1. Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk, berdasarkan cermatnya atas fakta sejarah yang ada.


    1. Membekali peserta didik untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur.27


  1. Kompetensi Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam


Acuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran dan memantau perkembangan mutu pendidikan adalah standar kompetensi. Standar kompetensi dapat didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran.


Standar Kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam MTs berisi mata pelajaran yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh Sejarah Kebudayaan Islam di MTs. Kemampuan ini



27 Ibid, h 3





berorientasi pada perilaku aspek afektif , peserta didik memiliki: keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWt. Sesuai ajaran Agama Islam yang tercermin dalam perilaku sehari-hari memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan humaniora, serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara baik lingkup nasional maupun global. Berkenaan dengan aspek kognitif, menguasai ilmu, teknologi, dan kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berkenaan dengan aspek psikomotorik, memiliki keterampilan berkomunikasi, kecakapan hidup, mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam baik lokal, regional, maupun global, memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas / kegiatan sehari-hari.


Standar kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam juga mengacu pada struktur keilmuan mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam. Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut, standar kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam MTs adalah sebagai berikut:


  1. Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang sjarah pembentukan dinasti Umayah, biografi dan kebijakan khalifah-khalifah dinasti Umayah (Muawiyah bin Abi Sofyan, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Azis dan Hisyam bin Abdul Malik), kemajuan dinasti Umayah (bidang politik dan militer).





    1. Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang kemajuan dinasti Umayah bidang (ilmu agama islam) dan mengkaji sebab-sebab keruntuhannya, sejarah terbentuknya dinasti Abbasiyah, geografi dan kebijakan khalifah-khalifah Abbasiyah, geografi dan kebijakan khalifah-khalifah Abbasiyah yang terkenal (Abu Jafar al Mansur, Harun al Rasyid dan Abdullah al Makmun), kemajuan dinasti Abbasiyah (bidang sosial budaya, politik dan militer).


    1. Kemampuan membiasakan diri untuk mencari, menyerap, menyampaikan dan menggunakan informasi tentang kemajuan-kemajuan dinasti Abbasiyah (bidang ilmu pengetahuan dan bidang ilmu agama islam), dan mengkaji sebab-sebab keruntuhannya serta kemajuan-kemajuan dinasti Al Ayubiyah.28


  1. Strategi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Secara Efektif


Sejarah Kebudayaan Islam secara substansial memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memperaktekan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.


Kenyataannya, setelah ditelusuri, pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam menghadapi beberapa kendala, antara lain: waktu yang disediakan terbatas sedangkan materi begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan



28 Departemen Agama RI, op.cit., h. 3-4





kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntunan terhadap mata pelajaran lainnya. Kelemahan lain, materi Sejarah Kebudayaan Islam, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif). Dalam implementasinya juga lebih didominasi pencapaian kemampuan kognitif, kurang mengakomodasikan kebutuhan afektif.


Kendala lain adalah lemahnya sumber daya guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam pengembangan pendekatan, metode yang lebih variatif serta dalam mengusahakan media yang digunakan untuk mengefektifkan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan bagi guru Sejarah Kebudayaan Islam. Padahal guru Sejarah Kebudayaan Islam merupakan tenaga kependidikan dan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang mempunyai kedudukan strategis dan menentukan keberhasilan pembelajaran di sekolah. Untuk itu, guru Sejarah Kebudayaan Islam harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar dapat mengelola kegiatan pembelajaran secar efektif dan efisien.


Strategi pembelajaran baru dapat berlangsung secara efektif dan efisien, jika Guru harus dapat mengetahui keadaan yang tepat untuk memulai proses belajar mengajar. Keadaan siswa yang memiliki konsentrasi atau perhatian yang penuh tentu akan dapat dengan mudah menerima pelajaran yang diberikan kepadanya. Siswa yang memiliki





konsentrasi penuh akan belajar lebih cepat dan lebih mudah. Selain itu, mereka mengingat informasi lebih lama.



B. Kerangka Berfikir


Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang.


Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dihafalkan dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.


Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi belajar dan hasilnya maka minat dapat mempengaruhi kwalitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Maka apabila seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap suatu bidang studi ia akan memusatkan perhatian lebih banyak dari temannya, kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang tinggi dalam bidang studi tersebut. Demikian pula halnya





dengan minat siswa terhadap bidang studi SKI, apabila seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap bidang studi SKI maka siswa tersebut akan memusatkan perhatiannya terhadap bidang studi SKI dan lebih giat dalam mempelajari bidang studi ini dan prestasinya pun akan memuaskan.


Tujuan mempelajari sejarah Kebudayaan Islam adalah agar siswa siswi siswi mengetahui Sejarah Islam lalu mencontoh keteladanan sifat-sifat dari tokoh Islam masa lalu itu dengan mengambil hikmah dari nilai dan makna sejarah, menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk berdasarkan pengetahuannya atas fakta sejarah yang ada, dan juga untuk menggugah semangat untuk mendalami Islam yang lebih baik.



  1. Pengajuan Hipotesis


Untuk memudahkan jalan bagi penelitian ini, Penulis mengajukan hipotesa yang


nantinya akan diuji kebenarannya. Hipotesa terebut adalah sebagai berikut:


Ho : Tidak ada hubungan antara minat dengan prestasi belajar siswa kelas II dalam bidang studi SKI


Ha : Ada hubungan antara minat dengan prestasi belajar siswa kelas II dalam bidang studi SKI





BAB III


METODOLOGI PENELITIAN





A. Tujuan Penelitian


Dalam penulisan skripsi ini tujuan yang ingin penulis capai adalah ingin mengetahui apakah ada hubungan antara minat belajar SKI dengan prestasi belajar siswa, dan bagaimana prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran SKI ditinjau dari nilai raport dan hasil tes penelitian.



B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian yang dilakukan penulis bertempat di MTS Nurussalam Pondok Pinang Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2006.



C. Desain Penelitian


Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam


perencanaan dan pelaksanaan penelitian.1 Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, desain ini digunakan untuk mendapatkan deskriptif tentang suatu kenyataan yaitu tentang minat belajar siswa terhadap mata pelajaran SKI.




1 Mohammad Nasiri, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 99




34

35







D. Populasi dan Sampel


Populasi


Yang dimaksud dengan populasi adalah Keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, peristiwa sebagai sumber data yang menilai karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.2


Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas II Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok Pinang Jakarta Selatan yang berjumlah 40.


Sampel


Untuk menyederhanakan proses pengumpulan data dan pengolaahan data, maka penulis mengambil teknik sampling. Yaitu mengambil sampel sebanyak lebih kurang 50% dari seluruh jumlah populasi. Pengambilan sampel penelitian ini berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto, yaitu:


Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih besar, dapat diambil 10-15%, atau 20-25%, atau lebih.3


Berikut ini adalah banyak sampel yang diambil dari jumlah populasi


yang ada:









2 Herman wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 49

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 107




36



TABEL I




SAMPEL PENELITIAN






NO

KELAS

JUMLAH RESPONDEN

KETERANGAN





1

II A

20

Riset pada Madrasah

2

II B

20

Tsanawiyah Nurussalam







E. Metode Penelitian


Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena, untuk memperoleh data yang obyektif maka digunakan beberapa penelitian:


  1. Penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca dan menganalisa buku yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas di dalam skripsi ini.


  1. Penelitian lapangan (Field Research) yaitu penelitian untuk memperoleh data-data lapangan.


Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpegang pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2003.





F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


Adapun dalam pengumpulan data, digunakan alat pengumpulan data sebagai berikut:

37







1. Observasi


Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara langsung ke objek penelitian dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki, dalam arti luas observasi sebenarnya merupakan pengamatan yang dilakukan baik secara


langsung maupun tidak langsung.4 Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi objektif sebagai berikut:


    1. Siswa (sebagai objek) meliputi jenis kelamin dan jumlah siswa.


    1. Guru (sebagai pendidik sekaligus motivator) meliputi jenis kelamin, pendidikan dan jabatan serta guru bidang studi.


    1. Sarana dan prasarana yang meliputi jumlah dan kondisi.


    1. Struktur organisasi.


  1. Wawancara


Wawancara dilakukan dalam bentuk dialog langsung dengan Kepala Madrasah Tsanawiyah untuk melengkapi data-data yang diperlukan dalam penelitian dan dialog dengan guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan blajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam yang dihadapi.


3. Dokumentasi


Yaitu dengan cara mengambil data nilai raport semester II yang diambil dari ujian umum semester II tahun pelajaran 2005-2006




4 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Andi Offit, Yogyakarta, 1991). Cet. X. h. 136

38







4. Angket


Angket yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden dalam hal ini adalah siswa-siswi kelas II semester II yang berjumlah 40 responden mengenai masalah yang diteliti. Dengan teknik tersebut, penulis mempersiapkan pertanyaan sejumlah 25 item pertanyaan dan kemudian disebarkan kepada 40 responden, yaitu siswa-siswi kelas II semester II untuk memperoleh jawaban yang diperlukan secara langsung.


Angket yang akan disebarkan untuk variabel minat terdiri dari 25 item, yang tertera pada tabel berikut:


TABEL 2


KISI-KISI INSTRUMEN VARIABEL MINAT


NO

Variabel

Dimensi


Indikator

No

Jumlah



Item

Item




















1

Minat Belajar

Perasaan

Menerima


1

1







Sejarah Kebudayaan

Senang


pelajaran

dengan





Islam



senang








Terus-menerus

2

1






belajar








Tidak

terpaksa

3, 4

1






dengan belajar







Tidak

merasa

5

1












bosan







Perhatian

Memberikan

6

1


















39








dalam Belajar
















Ketertarikan pada Materi dan Guru





























Kesadaran akan adanya Manfaat









perhatian lebih





Mau




7


1


berkonsentrasi





Mengikuti


8


1







penjelasan guru





Mengerjakan

9,

10,

4






tugas dari guru

11, 12







Isi


pelajaran

13


1















menantang

untuk





di kaji








Pelajaran


berisi

14


1















contoh



sesuai





dengan


keadaan





sekarang







Pelajaran


berisi

15


1















sesuai



dengan





kebutuhan siswa





Materi


pelajaran

16,

17,

3









Sejarah



18




Kebudayaan Islam





kurang menarik





Penjelasan

guru

19,

20,

3









mudah diikuti

21




Bisa

Mengambil

22, 23

2





Pelajaran


Sejarah





Kebudayaan Islam














40









Pelajaran SKI

dari

Peristiwa







masa lalu








Tahu akan adanya

24

1





contoh-contoh







keteladanan








pembelajaran







Sejarah









Kebudayaan Islam







Membuang-buang

25

1











waktu














2

Prestasi Belajar

Nilai Raport

Dokumentasi

Data

1

1



Siswa


nilai raport kelas II







semester

II

tahun







pelajaran


2005-







2006

















  1. Teknik Pengolahan Data


Dalam pengolahan data penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:


    1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan kejelasan angket/ kuisioner yang berhasil dikumpulkan.


    1. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket, yaitu sebagai berikut:




Skor

Alternatif Jawaban





Positif


Negatif





Sangat Setuju

4


1






41







Setuju

3

2

Tidak setuju

2

3

Sangat Tidak Setuju

1

4






    1. Tabulating, yaitu mentabulasi data jawaban yang berhasil dikumpulkan ke dalam tabel-tabel yang telah disediakan.



  1. Teknik Analisa Data


1. Untuk menganalisa data-data yang berhasil dikumpulkan, penulis


menggunakan rumus persentase sebagai berikut:


P F x 100 %

N


Keterangan:


P = Presentase


F = Frekuensi Jawaban Responden


N = Jumlah Responden





  1. Teknik analisa korelasional adalah teknik analisa statistik mengenai hubungan antara dua variable.5 Adapun rumus yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah rumus Product Moment.






5 Anas Sudijono, Pengantar Statistik pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 1995) h. 179

42







Rumus tersebut adalah:







Rxy


N .

XY -

X . Y














2

2

2

2

5






















N . X - X . N . Y - Y




Keterangan: rxy

: Angka Indeks Korelasi r product moment



N

: Number of Cases






xy

: Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y



x

: Jumlah keseluruhan skor x






y

: Jumlah keseluruhan skor y









BAB IV


HASIL PENELITIAN





A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Nurussalam


1. Sejarah Berdirinya



Sekolah Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok Pinang Jakarta Selatan merupakan sebuah lembaga pendidikan swasta yang bernaung di bawah sebuah yayasan. Dalam yayasan tersebut terdapat sekolah-sekolah lain yaitu Taman kanak-kanak dan Madrasah Ibtidaiyah.


Yang pertama kali didirikan Yayasan Nurussalam adalah taman kanak-kanak yang didirikan pada tahun 1983, setelah itu barulah didirikannya Madrasah Tsanawiyah Nurussalam yang dipelopori oleh remaja masjid An-Nur yang dipimpin oleh Ust.Baihaqi, Tirmidzi, Hasan Basri dengan donatur tetap H. Mian yang bertempat dirumah guru bedus kemudian dibeli oleh H.Mian. Awal berdirinya sekolah Madrasah Tsanawiyah Nurussalam yaitu bermula dengan tiga kelas untuk Madrasah Tsanawiyah Nurussalam kecamatan kebayoran lama pondok-pinang ini didirikan pada tahun 1986 sesuai dengan akte notaris pada tahun 1986, berjalan dengan waktu ada penambahan tiga kelas lagi sampai saat ini, alumni perdana Madrasah Tsanawiyah Nurussalam adalah pada tahun 1989.


Tujuan didirikannya Madrasah Tsanawiyah Nurussalam pondok-pinang ini selain sebagai amanah perserikatan, juga didasari oleh kepedulian




43

44







remaja masjid An-Nur dan tokoh masyarakat sekitar terhadap pendidikan Islam dan juga terhadap masyarakat ekonomi lemah dalam hal berkesinambungan pendidikan terhadap putra-putrinya. Hal ini terlihat pada salah satu tujuan didirikannya Madrasah Tsanawiyah Nurussalam pondok-pinang, yaitu: menolong masyarakat kecil (yang berkehidupan ekonominya lemah) agar dapat melanjutkan pendidikan putra-putrinya ke sekolah lanjutan tingkat pertama.


Adapun Visi Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok-Pinang yaitu :


  1. Meningkatkan generasi bangsa yang siap terjun ke masyarakat


  1. Menyiapkan generasi cendekiawan muslim


  1. Mengupayakan terbentuknya sumber daya manusia yang islami,


berperilaku sopan, sholeh dan sholehah, insan yang komunikatif, dan


intelek yang baik.


Sedangkan Misi Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok-Pinang yaitu :


  1. Menciptakan sebuah bimbingan pendidikan keislaman yang berkualitas


  1. Mengembangkan pembelajaran dan bimbingan yang mampu mengembangkan bakat dan potensi yang ada pada diri anak


  1. Mengantarkan anak didik lulus dan masuk ke sekolah yang lebih tinggi


  1. Mengupayakan pembelajaran bahasa asing (Arabic dan English) ke arah kemampuan bahasa aktif.


  1. Menanamkan dan menumbuhkan sikap cinta tanah air dan peduli sosial

45







2. Keadaan Guru dan Siswa


Madrasah Tsanawiyah. Nurussalam pondok-pinang memiliki guru dan tenaga kependidikan yang bervariatif dilihat dari jenis kelamin, jabatan maupun pendidikan seperti pada tabel berikut:



Tabel 3


Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan dilihat dari Jenjang Pendidikan, Jabatan dan Bidang Studi


No

Nama guru

Jenjang


Jabatan

Bidang Studi







1.

H. Syatiri

S I

Kepala Sekolah

-


2.

Hasan Basri

Amd

Wakil

Kepala

Geografi





Sekolah



3.

Hanafi

S I

Guru


Bahasa Arab

4.

Tirmidzi

PGA

Guru


Quran

Hadits






dan Imla


5.

Fauzani

S I

Guru


SKI


6.

Ahmad Darda

MA

Guru


Quran Hadits

7.

Hamzah

S I

Guru


Bahasa Arab dan






Fiqh


8.

Tajudin Hasan

S I

Guru


Matematika dan






Fisika










46







9.

Muhammad

S I

Guru

Bahasa Inggris


Munir




10.

Fahrurrozi

S I

Guru

Bahasa Inggris

11.

Saidil Hudri

S I

Guru

Matematika

12.

Muhammad Nur

S I

Guru

Ekonomi

13.

Mulyati

S I

Guru

KTK

14.

Fadliyah

S I

Guru

Biologi

15.

Sri Sulitiawati

S I

Guru

Fisika

16.

Sofiah

S I

Guru

Bahasa





Indonesia

17.

Yusnelly

S I

Guru

Bahasa





Indonesia

18.

Dudun Ubaidilah

S I

Guru

Komputer

19.

Rusli

PGA

Guru

Olah Raga

20.

Rosyada

SMA

Kepala TU

-

21.

H. Hamzah

S I

Administrasi

-




Kesiswaan


22.

Sanif

SMA

Karyawan

-

23.

Sri Utami

SMA

Karyawan

-







47







Keadaan siswa-siswi yang ada di Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok-Pinang sangat bervariatif artinya sekolah tersebut memiliki beberapa kelas yang cukup dari kelas I a dan I b, kelas II a dan II b, dan kelas III a dan III b, seperti terlihat pada tabel berikut:


Tabel 4


Keadaan siswa-siswi MTS Nurussalam Pondok Pinang


Kelas

L

P

Jumlah





Kelas I

28

17

45

Kelas II

17

23

40

Kelas III

27

25

52





Jumlah

72

65

137









3. Keadaan Sarana dan Prasarana


Sekolah Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok-Pinang memiliki sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar mulai dari ruang sekolah yang memadai maupun sarana yang lain seperti pada tabel berikut ini:

48







Tabel 5


Keadaan Sarana dan Prasarana MTS Nurussalam Pondok Pinang


No

Sarana / Prasarana

Jumlah


Kondisi

1

Ruang Kepala Sekolah


1

Baik

2

Ruang Guru


1

Baik

3

Ruang TU


1

Baik

4

Ruang Yayasan


1

Baik

5

Ruang Belajar


6

Baik

6

Ruang Kamar mandi Guru


1

Baik

7

Ruang Kamar mandi siswa


2

Baik

8

Ruang Komputer


1

Baik

9

Ruang Perpustakaan


1

Baik

10

Ruang BP


1

Baik

11

Ruang UKS


1

Baik

12

Ruang Koperasi


1

Baik

13

Kantin


1

Baik

14

Musholla


1

Baik

15

Lapangan Upacara


1

Baik







4. Struktur Organisasi


Dalam setiap organisasi diperlukan adanya suatu struktur yang menggambarkan suatu kejelasan garis intruksi dan koordinsi antar pemimpin dan

49







anggota. Begitu pula dengan Madrasah Tsanawiyah Nurussalam, berikut ini adalah struktur organisasi Madrasah Tsanawiyah Nurussalam:



Tabel 6


STRUKTUR ORGANISASI MTS NURUSSALAM




YAYASAN





KEPALA MADRASAH



TATA USAHA





WKL. BID. KURIKULUM

WKL. BID. KESISWAAN






WL. KELAS DAN

DEWAN GURU






PEMBINA OSIS

SISWA

50







B. Deskripsi Data


Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:



1. Minat belajar Sejarah Kebudayaan Islam


Untuk memperoleh data minat belajar Sejarah Kebudayaan Islam penulis membuat angket yang terdiri dari 25 Pernyataan yang harus dijawab oleh siswa. Yang berisi mengenai indikator-indikator minat.


Angket yang disebarkan kepada siswa MTs Nurussalam, dianggap telah memiliki konstruksi validitas yang memadai. Kemudian diuji cobakan kepada 40 orang siswa, ternyata hasilnya memuaskan dan dianggap tidak perlu diadakan revisi.


Selanjutnya penelitian dilakukan pada sample sebanyak 40 orang siswa yang terdiri dari siswa kelas IIa dan kelas IIb MTs Nurussalam pondok-pinang sebagai responden dalam waktu 45 menit responden dapat mengisi angket tersebut dengan baik. Mengingat tugas responden hanya memberikan tanda silang pada tanda SS untuk pertanyaan sangat setuju, S untuk pertanyaan setuju, TS untuk pertanyaan tidak setuju dan STS untuk pertanyaan sangat tidak setuju.


Data-data tersebut diolah dalam bentuk tabel dan kemudian dianalisis sebagai berikut:


a. Perasaan Senang



Ada atau tidaknya minat siswa dalam mempelajari mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat dilihat dari indikator-indikator minat. Petunjuk yang


No comments:

Post a Comment