kumpulan skripsi,PTK ,literature pendidikan Dan kesehatan

Sunday 30 October 2011

SKRIPSI OLAHRAGA" BOLA VOLY "

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN PANJANG LENGAN DENGAN HASIL SERVIS BAWAH BOLA VOLI Kata Kunci : Kekuatan Otot Lengan, Panjang Lengan dan Hasil Servis Bawah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui : 1) apakah ada hubungan antara kekuatan otot lengan dengan hasil servis bawah, 2) apakah ada hubungan antara panjang lengan dengan hasil servis bawah, 3) apakah ada hubungan antara kekuatan otot lengan dan panjang lengan dengan hasil servis bawah, dan 4) apakah ada sumbangan antara kekuatan otot lengan dan panjang lengan dengan hasil servis bawah. Metode penelitian menggunakan survei dengan teknik tes. Hipotesis penelitian adalah : 1) Ada hubungan antara kekuatan otot lengan dengan hasil servis bawah, 2) Ada hubungan antara panjang lengan dengan hasil servis bawah, 3) Ada hubungan antara kekuatan otot lengan dan panjang lengan dengan hasil servis bawah dan 4) Ada sumbangan antara kekuatan otot lengan dan panjang lengan dengan hasil servis bawah. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putera kelas IX SMP N 9 Semarang yang berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Variabel penelitian meliputi variabel bebas (prediktor) terdiri dari 1) kekuatan otot lengan (X1), 2) panjang lengan (X2), dan variabel tergantung (kriterium) atau Y adalah hasil servis bawah. Populasi penelitian sebanyak 30 orang, dengan menggunakan teknik total sampling diperoleh sampel sebanyak 30 orang. Data kemampuan penelitian diolah menggunakan teknik regresi tunggal dan regresi ganda menggunakan program SPSS versi 10, menggunakan taraf signifikansi 5 %. Hasil analisis data penelitian dengan uji F untuk rX1-Y = 10,811 ≥ Ftabel 4,20 atau signifikansi 0,003; uji F untuk rX2-Y = 4,880 ≥ Ftabel 4,20 atau signifikansi 0,036; dan rX12-Y = 7,773 ≥ Ftabel 3,25 atau signifikansi 0,002, dan sumbangan rX12 terhadap Y sebesar 36,5%. Berdasar hasil uji F tersebut dapat disimpulkan 1) Ada hubungan antara kekuatan otot lengan dengan hasil servis bawah, 2) Ada hubungan antara panjang lengan dengan hasil servis bawah, 3) Ada hubungan antara kekuatan otot lengan dan panjang lengan dengan hasil servis bawah dan 4) Ada sumbangan antara kekuatan otot lengan dan panjang lengan terhadap hasil servis bawah. Berdasar pada simpulan kemampuan penelitian ini, disarankan kepada para guru sekolah SMP Negeri 9 Semarang, bahwa dalam pelatihan hasil servis bawah aspek kekuatan otot lengan dan panjang lengan, dapat dijadikan sebagai materi pendukung didalam penyusunan program latihan pada siswa, agar proses pelatihan melakukan servis bawah yang dilakukan dapat berhasil guna dan berdaya guna. SILAHKAN DOWNLOAD GRATIS DI SINI

http://www.ziddu.com/download/17086514/SKRIPSIORBOLAVOLLY22.pdf.html

SKRPSI OLAH RAGA" SEPAK BOLA "

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN DENGAN KECEPATAN MENGGIRING BOLA SILAHKAN DOWNLOAD GRATIS DI DISINI

http://www.ziddu.com/download/17086404/SKRIPSIORSEPAKBOLA9.pdf.html

SKRIPSI OLAH RAGA " TENIS LAPANGAN "

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN HASIL SLICE SERVICE PADA PETENIS JUNIOR DI KLUB HARTECH KUDUS Skripsi Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang.Permasalahan penelitian ini adalah : 1) apakah ada hubungan daya ledak otot lengan dengan hasil pukulan slice service pada petenis yunior klub HARTEC Kudus tahun 2004? 2) apakah ada hubungan kekuatan otot tungkai dengan hasil slice service pada petenis yunior klub HARTEC Kudus tahun 2004? 3) apakah ada hubungan daya ledak otot lengan dan kekuatan otot tungkai dengan hasil pukulan slice service pada petenis yunior klub HARTEC Kudus tahun 2004?. Tujuan penelitian ini adalah : 1) mengetahui hubungan daya ledak otot lengan dengan hasil pukulan slice service pada petenis yunior klub HARTEC Kudus tahun 2004, 2) mengetahui hubungan kekuatan otot tungkai dengan hasil pukulan slice service. pada petenis yunior klub HARTEC Kudus tahun 2004, dan 3) mengetahui hubungan daya ledak otot lengan dan kekuatan otot tungkai dengan hasil pukulan slice service pada petenis yunior klub HARTEC Kudus tahun 2004.Populasi penelitian adalah petenis yunior klub HARTEC Kudus sebanyak 21 anak. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling, sehingga semua petenis yunior klub HARTEC Kudus dengan usia 12-16 sebanyak 21 anak dijadikan sebagai sampel penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu daya ledak otot lengan dan kekuatan otot tungkai dan variabel terikatnya yaitu hasil slice service. Data diambil melalui teknik tes dan pengukuran. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis korelasi ganda.Hasil analisis korelasi antara daya ledak otot lengan dengan hasil slice service diperoleh koefisien korelasi 0,488 dengan probabilitas 0,025 < 0,05. Dengan demikian menunjukkan bahwa daya ledak otot lengan berhubungan secara signifikan dengan hasil slice service. Hasil analisis korelasi antara kekuatan otot tungkai dengan hasil slice service diperoleh koefisien korelasi 0,422 dengan probabilitas 0,057 < 0,05. Dengan demikian menunjukkan bahwa kekuatan otot tungkai berhubungan secara signifikan dengan hasil slice service. Hasil analisis korelasi antara daya ledak otot lengan dan kekuatan otot tungkai dengan hasil slice service adalah 0,671 dengan probabilitas 0,005 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa daya ledak otot lengan dan kekuatan otot tungkai berhubungan secara signifikan dengan hasil slice service. Besarnya kontribusi daya ledak otot lengan dan kekuatan otot tungkai terhadap hasil slice service adalah 45%. Hal ini menunjukkan bahwa selain daya ledak otot lengan dan kekuatan otot tungkai, hasil slice service dipengaruhi oleh variabel lain sebesar 55%.Berdasarkan hasil penelitian di atas peneliti dapat mengajukan beberapa saran antara lain ; 1) slice service harus dilatih secara tersendiri dengan berpegang pada program latihan. 2) bagi para pelatih tenis dalam menyusun program latihan, untuk mendapatkan hasil pukulan service yang keras dan cepat harus memperhatikan daya ledak otot lengan dan kekuatan otot tungkai. SILAHKAN DOWNLOAD GRATIS DI SINI 

Friday 21 October 2011

SKRIPSI KESEHATAN MASYARAKAT

HUBUNGAN TEKNIK MENGANGKAT BEBAN DENGAN 

KELUHAN NYERI PINGGANG PADA 

PEKERJA PENGANGKUT BARANG DI ............................



SKRIPSI  

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat 


1.1 Latar Belakang 
Keberhasilan Pembangunan Nasional Indonesia tergantung dari kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu unsur kualitas manusia tersebut adalah tingkat kesehatan, khususnya pada segmen penduduk usia kerja (Depkes.R.I, 1990). Upaya perlindungan pada tenaga kerja terhadap bahaya-bahaya yang timbul merupakan kebutuhan yang sifatnya mendasar. Sebagaimana yang dinyatakan dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, bahwa kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja dengan sehat tanpa membahayakan masyarakat disekelilingnya agar diperoleh produktivitas yang optimal (Sumamur,1996: 2). Dalam melakukan suatu pekerjaan ditempat kerja seseorang atau kelompok pekerja berisiko mendapatkan kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang timbul karena hubungan kerja atau yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Pada pekerjaan mengangkat, menurunkan dan membawa barang yang dilakukan secara langsung tanpa bantuan alat apapun dapat menjadi faktor risiko terjadinya kecelakaan pada pekerja seperti nyeri atau cidera pada pinggang (Wardoyo, A.B. 1997: 23). Apabila seseorang pekerja dalam melakukan pekerjaan mengangkat, menurunkan, dan membawa barang dilakukan secara langsung tanpa bantuan alat apapun dapat menjadi risiko terjadinya kecelakaan pada pekerja seperti nyeri atau cidera pada pinggang. Low Back Pain (LBP) atau nyeri pinggang merupakan rasa nyeri yang terjadi di daerah punggung bagian bawah dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian belakang dan samping luar. Keluhan utama nyeri pinggang akibat teknik atau sikap kerja yang salah dapat berupa pegal di pinggang yang sudah bertahun-tahun, pinggang terasa kaku, sulit digerakkan, dan terus-menerus lelah. (Sitorus, 1996: 57). Nyeri pada pinggang dan tulang belakang merupakan penyebab tersering diantara semua kelainan kronis dalam menyebabkan pembatasan aktivitas masyarakat berusia dibawah 45 tahun dan menduduki peringkat ketiga setelah penyakit kelainan jantung dan arthritis serta rematik pada usia 45 hingga 65 tahun. Penyelidikan memperlihatkan bahwa hampir 80% penduduk Amerika menderita nyeri pinggang selama masa dewasa dan sebagai penyebab tidak masuk kerja yang menduduki urutan kedua setelah infeksi respiratorius atas. Suatu penyelidikan yang diadakan di Inggris memperlihatkan bahwa dari tahun 1980 sampai 1990, waktu kerja yang hilang akibat nyeri pinggang tiga kali lipat lebih besar daripada akibat pemogokan kerja (Seller, H.R.1987: 23). Pada tahun 1985, WHO menyatakan bahwa 2%-5% dari karyawan di negara industri tiap tahun mengalami Low Back Pain, dan 15% dari absenteisme di industri baja serta di perusahaan dagang disebabkan karena nyeri pinggang. Data statistik nasional Amerika Serikat memperlihatkan angka kejadian sebesar 15%-20% pertahun. Pekerjaan mengangkat menjadi penyebab terlazim nyeri pinggang bawah, yang menyebabkan 80% kasus. Sebanyak 90% kasus nyeri pinggang bukan disebabkan oleh kelainan organik, melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. Di inggris tiap hari ada 50.000 orang lebih tidak masuk kerja karena nyeri pinggang. Nyeri pinggang menyebabkan lebih banyak waktu hilang dari pada pemogokan kerja, sebanyak 20 juta hari kerja karenanya. (Imrie, D. 1991: 47). Prevalensi nyeri pinggang pada pekerja Indonesia, sampai saat ini belum pernah dilaporkan secara keseluruhan. Dari data mengenai pasien yang berobat ke klinik Neurologi Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta menunjukkan bahwa jumlah pasien diatas usia 40 tahun yang datang dengan Low Back Pain ternyata jumlahnya cukup banyak.prevalensi nyeri pinggang penduduk laki-laki pada umumnya adalah 18,2% sedangkan pada penduduk wanita 13,6% (Hadinoto,S. 1991: 136). Pekerja pengangkut barang di Jalan Beteng Semarang adalah pekerja sektor informal dengan menerima upah mengangkut barang dari truk barang menuju gudang atau kios dagangan dan dari toko ke pasar Johar. Para pekerja melakukan pekerjaannya secepat mungkin sehingga sebelum truk pengangkut barang tiba mereka sudah siap berada ditempat kerja. Mereka pekerja upahan yang dibayar setelah selesai mengangkat barang, sehingga para pekerja cenderung untuk mengejar upah dari pada memperhatikan faktor risiko nyeri pinggang, Para pekerja bekerja dengan cara yang salah, seperti pekerja selalu membungkukkan badan ketika mengangkat barang, tidak memakai alas kaki, tidak merapatkan kaki pada barang yang hendak diangkat, memutar pinggang ketika mengangkat barang yang berat, membawa barang melebihi kepala dan keluhan-keluhan subyektif pada pinggang pekerja. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dibuatlah skripsi yang berjudul, Hubungan Teknik Mengangkat Beban Dengan Keluhan Nyeri Pinggang Pada Pekerja Pengangkut Barang Di Jalan Beteng Semarang Tahun 2005. 

1.2 Permasalahan Permasalahan

dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan teknik mengangkat beban dengan keluhan nyeri pinggang pada pekerja pengangkut barang di Jalan Beteng Semarang Tahun 2005? 

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan teknik mengangkat beban dengan keluhan nyeri pinggang pada pekerja pengangkut barang di Jalan Beteng Semarang Tahun 2005. 

1.4 Penegasan Istilah

Pemahaman terhadap suatu permasalahan antara satu orang dengan orang lain sering kali berbeda. Pentingnya peneliti menegaskan istilah-istilah dalam penelitian ini adalah agar dapat diperoleh kesamaan pemahaman dan untuk menghindari terjadinya salah tafsir. Penegasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 

1.4.1 Teknik mengangkat beban Adalah cara yang dilakukan pekerja saat mengangkat barang. 
1.4.2 Keluhan nyeri pinggang Adalah keluhan nyeri pinggang yang dialami pekerja saat atau sesudah bekerja mengangkat barang di Jalan Beteng Semarang. 

1.5 Manfaat Penelitian 

1.5.1 Bagi Serikat Pekerja Transportasi Indonesia-Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPTI- SPSI) UNIT A Semarang Dapat menjadi bahan masukan dalam menetapkan program-program kerja khususnya mengenai kesehatan kerja dan anggotanya khususnya tentang hubungan teknik mengangkat beban dengan keluhan nyeri pinggang. 
1.5.2 Bagi Jurusan IKM Sebagai bahan pustaka di Jurusan Kesehatan Masyara kat dalam pengembangan ilmu kesehatan masyarakat khususnya bidang kesehatan kerja. 
1.5.3 Bagi Pekerja Pengangkut Barang Diharapkan dengan penelitian ini pekerja mengetahui tentang kesehatan dan keselamatan kerja khususnya keluhan nyeri pinggang akibat mengangkat beban. 
1.5.4 Bagi Peneliti Memberikan pengalaman langsung bagi penulis dalam melaksanakan penelitian serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapat dibangku kuliah, khususnya mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. 

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 

2.1 Landasan Teori 
2.1.1 Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa yunani “ergon” yang berarti kerja dan “nomos” yang artinya peraturan, hukum, ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai kesesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaanya. Ergonomi merupakan suatu studi ilmiah mengenai hubunga antara orang dengan lingkungan kerjanya, yang dimaksud dengan lingkungan kerja di sini adalah keseluruhan alat, perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitar tempat kerja, metode yang digunakan dalam bekerja serta pengaturan kerja, baik sebagai perorangan maupun kelompok (Sumamur, 1967: 172). Ergonomi merupakan pertemuan berbagai ilmu seperti antropologi, biomekanika, faal kerja, riset terpakai dan cybernetika. Namun kekhususan utamanya adalah perencanaan dari cara yang lebih baik meliputi cara kerja dan peralatannya. Program ergonomi meliputi penentuan problematik, percobaan untuk pemecahan, pengetrapan hasil percobaan dan pembuktian efektivitas. Penentuan problematik dilakukan dengan melihat gejala-gejala seperti absenteisme dan ganti-ganti kerja yang mungkin merupakan akibat dari beban kerja yang berlebihan, organisasi kerja yang tidak baik, kesulitan melakukan latihan kerja, sebagai pencerminan buruknya desain peralatan dan cara kerja. Kemudian diadakan analisa pekerjaan, peralatan dan bahan, yang meliputi juga “time and motion study”, observasi langsung atau telematis dari parameter fisiologi, analisis bahaya-bahaya, serta proses produksi. Suatu lapangan penting dalam ergonomi adalah gerakan dan sikap badan, yang berpengaruh kepada pemakaian energi dan fungsi sensorimotoris tubuh (Sumamur, 1967: 173). 

2.1.2 Kapasitas kerja 

Kapasitas kerja dianggap sebagai istilah yang sangat luas yang mencakup semua kapasitas yang diperlukan untuk melaksanakan suatu jenis pekerjaan tertentu. Dengan demikian istilah kapasitas kerja mencakup kapasitas fungsional, fisik, mental dan sosial. Tingkat keselarasan kapasitas kerja dengan tuntutan pekerjaan akan mempengaruhi produktivitas, dan kesulitan dalam hal ini dapat mengarah ke stres dan penyakit yang terkait pekerjaan serta kecacatan yang ada hubunganya dengan pekerjaan. Ada 3 faktor yang diidentifikasi menjadi penyebab penurunan yang dialami dalam kapasitas kerja, yaitu: 
1) Tuntutan fisik yang berlebihan
  • Kerja otot statis
  • Penggunaan otot statis
  • Mengangkat dan menjinjing 
  • Gerakan ekstrim yang tiba-tiba 
  • Gerakan yang berulang-ulang Postur kerja membungkuk dan meliuk secara serempak 
2) Lingkungan kerja yang berbahaya dan menimbulkan stres
  • Tempat kerja yang basah dan kotor
  • Risiko kecelakaan kerja
  • Tempat kerja yang panas
  • Tempat kerja yang dingin
  • Perubahan suhu pada jam kerja 
  • Penerangan yang buruk 
3)Pengorganisasian yang buruk
  • Benturan-benturan terhadap tanggung jawab
  • Perencanaan dan pengawasan kerja yang tidak memuaskan
  • Takut gagal dan tidak membuat kekeliruan 
  • Dikejar waktu e. Kurangnya kebebasan memilih 
  • Kurangnya atas kontrol pekerjaan
  • Kurangnya pengembangan profesional
  • Kurangnya pengakuan dan penghargaan (Doewas, M. 1996: 57).
2.1.3 Kerja Otot

Kerja fisik sering disebut kerja otot, dan otot-ototlah yang menjadi sebab gerakan tubuh, otot menduduki sekitar 45% dari berat tubuh. Otot bekerja dengan jalan mengerut atau kontraksi. Pengerutan otot kadang-kadang dapat membuat panjang otot menjadi setengahnya dari keadaan semula, sehingga kemampuan kerja suatu otot tergantung antara lain pada panjangnya. Otot dan tulang merupakan dua alat penting dalam bekerja. Kerutan dan pelemasan otot dipindahkan kepada tulang menjadi gerakan-gerakan fleksi, rotasi, dan supinasi. Otot dan tulang juga merupakan faktor-faktor terpenting bagi ukuran-ukuran tubuh. Ukuran tinggi dan besar dari tubuh ataupun bagian-bagiannya yang menentukan pula kemampuan fisik pekerja. Besarnya tenaga otot ditentukan oleh jumlah serabut otot yang berkaitan secara aktif. Kecepatan kontraksi otot berhubungan erat dengan besarnya tenaga yang bekerja pada suatu saat tertentu, dan oleh karena itu kecepatan gerakan diatur oleh banyaknya serat-serat otot yang berkerut secara aktif selama waktu tertentu. Kerja otot dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Kerja otot dinamis Yaitu suatu kerja otot yang kerutan dan pengenduran suatu otot terjadi silih berganti.
2) Kerja otot setatis Yaitu suatu kerja otot yang menetap untuk berkontraksi untuk suatu periode tertentu (Sumamur, 1989: 8).

2.1.4 Nyeri Pinggang

Punggung merupakan struktur yang rumit dengan 160 macam otot yang melekat pada 266 buah tulang-tulang bersendi yang dipisahkan oleh tulang-tulang rawan, diskus serta pembuluh-pembuluh jaringan pengikat. Punggung dengan struktur yang rumit cenderung mudah menimbulkan gangguan atau rasa nyeri. Apabila beberapa otot pada punggung menjadi kendur atau terobek, akan terjadi ketidakseimbangan dalam struktur punggung yang akan menimbulkan berbagai gejala seperti rasa nyeri setempat atau nyeri seluruh tubuh, serta kelelahan. Timbulya rasa sakit, baik disertai oleh pembatasan gerak maupun tidak menunjukkan adanya kelainan didalam tulang belakang bagian pinggang (Shehnert. W K H, 1990:17). Low Back Pain (LBP) atau nyeri pinggang adalah rasa nyeri yang terjadi di daerah punggung bagian bawah dan dapat menjalar ke kaki terutama belakang dan samping luar. Keluhan ini dapat demikian hebatnya sehingga pasien mengalami kesulitan dalam setiap pergerakan dan pasien harus istirahat dan dirawat di rumah sakit. Pada dasarnya timbulnya rasa sakit pada pinggang adalah terjadinya tekanan pada sumsum saraf tepi pada pinggang (saraf terjepit). Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya, gangguan pada saraf sendiri, kelainan tulang belakang maupun di tempat lain, misalnya infeksi atau batu ginjal dan lain-lain. Nyeri pinggang yang menetap selama 24 jam, dapat terjadi kerusakan permanen pada punggung. Keluhan utama sakit atau nyeri pinggang akibat sikap tubuh yang salah berupa: pegal di pinggang, yang sudah bertahun-tahun, pinggang terasa kaku dan tidak enak untuk begerak, pinggang seperti mau pecah, atau pinggang yang terus-menerus lelah (Sitorus, H.R. 1996: 145). Penderita biasanya seorang dewasa muda. Bila terj adi di daerah pinggang disebabkan karena mengangkat beban dimana pederita mengeluh mengenai timbulnya rasa sakit yang tiba-tiba di pinggang, sangat hebat sehingga tidak dapat bergerak. Rasa sakit menyebar ke tungkai bawah beberapa jam kemudian, biasanya ke bagian paha dan bagian luar dari betis (Gibson, J. 1998: 57). Ahli keamanan kerja memandang nyeri pinggang sebagai hasil suatu keadaan yang tidak aman. Sedangkan ahli ergonomik mendekati nyeri pinggang dari sudut apakah ada tekanan-tekanan yang tidak biasa pada tubuh penderita karena desain peralatan kerja kurang beres. Nyeri pinggang merupakan suatu gejala dan bukan penyakit, yang termasuk nyeri pinggang adalah rasa tidak nyaman yang ringan hingga nyeri menyakitkan yang mengakibatkan cacat. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) yaitu: terdorongnya nucleus pulposus suatu zat yang berada diantara ruas-ruas tulang belakang, ke arah belakang baik lurus maupun kearah kanan atau kiri akan menekan sumsum tulang belakang atau serabut-serabut sarafnya dengan mengakibatkan terjadinya rasa sakit. Hal ini terjadi karena ruda paksa (trauma atau kecelakaan) dan rasa sakit tersebut dapat menjalar ke kaki baik kanan maupun kiri(iskhialgia) (Sugeng Budiono. 2003: 80). Sindrom hernia nucleus pulposus mulai dirasakan dengan nyeri pinggang, hal ini disebabkan oleh stres setiap kali seseorang mengangkat benda berat dan menegakkan badan secara bertenaga. Nyeri pinggang biasa dijumpai pada orang-orang yang melakukan pekerjaan dimana gerakan badan dan beban pengembanan memberikan efek yang buruk. Nyeri pinggang berdasarkan informasi anamnestik, a da 2 (dua) yaitu: 1) Pernah mendapatkan nyeri pinggung akut pada waktu terpeleset, menggangkat benda berat, mendorong kendaraan, mencabut tanaman dan sebagainya. 2) Penderita tergolong pada kelompok usia senja, tapi kebanyakan dibawah 50 tahun (Shidarta, P.1994: 132). Usia produktif bagi tenaga kerja di Indonesia adal ah umur 15-49 tahun dimana pada usia tersebut pertumbuhan dan fungsi organ pekerja sudah sempurna. Spasme otot (ketegangan otot) merupakan penyebab yang terbanyak dari Low Back Pain (LBP). Spasme ini dapat terjadi karena gerakan pinggang yang terlalu mendadak atau berlebihan melampui kekuatan otot-otot tersebut. Misalnya mengangkat benda-benda agak berat dengan posisi yang salah, seperti memindahkan meja, kursi, mengangkat koper, mendorong mobil, akan dapat menjadi Low Back Pain. Pengaturan tulang belakang disekitar pinggang yang mengakibatkan jepitan pada saraf yang bersangkutan dapat mengakibatkan nyeri pinggang yang hebat. Klasifikasi nyeri pinggang menurut staf bagian neu rologi FKUI/RSCM adalah sebagai berikut: 1) Low Back Pain atas dasar perubahan mekanik: a. Akut, misalnya akibat keharusan mempertahankan tubuh dalam posisi tertentu untuk jangka waktu lama, atau akibat regangan tendon/ligamen oleh gerakan tubuh mendadak. b. Kronik, akibat kesalahan sikap tubuh (postur ) 2) Low Back Pain atas dasar kelainan organis: a. Kelainan tulang (osteogenik) b.Kelainan diskus (diskogenik) 3) Low Back Pain atas dasar nyeri atau rujukan 4) Low Back Pain Psikogenik. Nyeri pinggang datang dengan tiba-tiba ketika membungkuk ke depan untuk memungut sesuatu benda dari lantai. Hal ini terjadi bila seorang pekerja tidak melakukan gerakan badan yang normal. Demikian pula posisi badan yang dipaksakan sehubungan dengan pekerjaan, seperti lama membungkuk, mengangkat benda-benda berat, dan lain-lain. Hanya sekitar 5% sampai 7% penderita nyeri pinggang mengalami gangguan pada tulang pinggang yang disebabkan oleh kegemukan, lainya disebabkan cara duduk atau berdiri yang salah, karena sikap tubuh yang salah membuat pinggang menjadi tegang sehingga menimbulkan rasa nyeri (Sitorus, H.R. 1996: 46). Pada penderita dengan keluhan nyeri pinggang, mela kukan istirahat, restriksi aktivitas dan pemanasan sering memberikan keringanan. Kurangnya perhatian terhadap masalah nyeri pinggang ini, disebabkan oleh: 1) Mortalitas rendah, walaupun morbiditasnya tinggi. 2) Sindrom LBP mencakup bidang multidisiplin. Tanpa suatu koordinasi, penanganan LBP cenderung dilakukan menurut pandangan masing-masung disiplin (Suma'mur. 1994 :167). 2.1.5 Anatomi Tulang Belakang Tulang belakang adalah sebuah struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra / ruas tulang. Pada orang dewasa panjang tulang belakang dapat mencapai 57-67 cm.Tulang belakang memiliki 33 ruas yang terdiri dari 24 buah ruas merupakan tulang–tulang yang terpisah dengan 9 ruas lainnya bergabung membentuk 2 tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang belakang ( Evelyn, 1998: 58 ). Vertebra di kelompokkan menjadi beberapa bagian da n diberi nama sesuai dengan daerah yang ditempatnya yaitu: 1) Vertebra Servikal / Ruas tulang bagian leher membentuk daerah tengkuk yang terdiri dari 7 buah. 2) Vertebra Torakalis / ruas tulang punggung membentuk bagian belakang torak atau dada yang terdiri dari 7 buah. 3) Vertebra Lumbalis / ruas tulang pinggang membentuk daerah lumbal atau pinggang yang terdiri 5 buah. 4) Vertebra Sakralis / ruas tulang kelangkang membentuk sacrum yang terdiri dari 5 buah. 5) Vertebra Kosigeus / ruas tulang tungging membentuk tulang koksigeus yang terdiri dari 4 buah. Pembagian tulang belakang dapat dilihat:

2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri pinggang

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkut dan mengangkat adalah sebagai berikut:
  1. Berat beban yang diperkenankan, jarak angkut dan frekuensi angkat
  2. Kondisi lingkungan kerja, yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik-turun dan lain-lain
  3. Ketrampilan bekerja
  4. Peralatan kerja beserta keamanannya (Suma`mur, 1989:25). 
2.1.7 Pencegahan nyeri pinggang

Pencegahan merupakan faktor kunci dalam mengatasi nyeri pinggang. Gejala-gejala yang timbul mempunyai peranan yang oleh karena merupakan peringatan tentang posisi atau sikap tubuh yang salah ketika duduk, cara mengangkat beban yang salah, stamina tubuh yang kurang baik, dan pergerakan sendi tulang belakang yang terbatas. Nyeri pinggang muncul sebagai akibat kerusakan tulang belakang, jaringan lunak penghubung tulang belakang, cidera otot atau jaringan saraf tulang belakang dengan lapisan pelindungnya. Tindakan yang dapat dilakukan adalah:
  1. Duduk dengan posisi tegak Dapat dicegah dengan menggunakan kursi dengan sandaran tinggi dan kuat. Apabila capek dan ingin meregangkan kaki, jangan lakukan sembari duduk, tetapi dilakukan dengan cara berbaring. Bila harus duduk lama seperti dalam perjalanan jauh dapat menggunakan bantal untuk menahan punggung.
  2. Ketika mengangkat beban berat Menjaga posisi pinggang agar tetap tegak. Harus berjongkok dengan pinggang tegak dan bukan membungkuk. Caranya dengan menekuk lutut dan biarkan kaki yang menerima beban karena kaki lebih kuat dari pada punggung.
  3. Tidur di atas tempat tidur yang keras Tempat tidur yang terlalu empuk akan membuat pinggang dalam posisi melengkung sehingga akan merasa tidak nyaman saat bangun tidur. 
  4. Capailah bobot yang normal Orang gemuk mudah nyeri pinggang karena ada beban tubuh yang harus diterima punggung 
  5. Khusus perempuan, hindari sepatu bertumit tinggi Tumit tinggi, terutama yang ujungnya runcing, akan menyebabkan tekanan tidak wajar pada pinggang. Agar lebih aman dapat memakai sepatu bertumit rendah dan usahakan tegak selama berdiri atau berjalan.
Beberapa kebiasaan yang perlu dilakukan supaya pin ggang tidak terganggu:
  1. Saat mengangkat benda yang berat, tekuk lutut dengan menggunakan otot-otot kaki. Posisi punggung tetap tegak dan angkat benda tersebut dekat dengan tubuh. Jangan membungkuk dengan menekuk pinggang, poroskan kaki dan jangan memutar punggung saat memindahkn benda.
  2. Meluncurkan benda berat, dilakukan dengan mendorong jangan menarik
  3. Tetap dalam kondisi bugar Kenaikan berat badan lima pound pada pinggang, dap at menimbulkan ketegangan pada tulang belakang bagian pinggang dan hal tersebut bisa bermasalah dikemudian hari.
  4. Untuk memberi tekananan pada pinggang, tidur secara miring dengan menekuk lutut. 
Latihan untuk menghilangkan nyeri pinggang:
  1. Baringkan punggung dengan lutut tertekuk dan terbuka selebar mungkin. Letakkan lengan di atas paha luar tempat pertemuan pinggul. 
  2. Kendurkan otot pinggang dan tekuk ke bawah dengan lengan untuk merentangkan tulang belakang. Melakukan latihan selama beberapa menit setiap hari dapat membantu membebaskan tekanan pada saraf dan cakram serta menempatkan kembali vertebra yang sedikit melenceng (Heru Purbo Kuntoro. 1999). 
2.1.8 Teknik mengangkat beban

Nyeri pinggang setelah mengangkat barang berat, me mpunyai arti cara yang dilakukan salah sehingga menyebabkan rasa sakit pada pinggang. Cara mengangkat barang yang benar adalah: a. Pakai sepatu yang stabil, bukanya sandal atau sepatu bertumit tinggi b. Pastikan kaki dalam keadaan teguh dan stabil, dalam keadaan 90 dan rapatkan kaki pada barang yang hendak diangkat c. Bengkokkan lutut dan rendahkan badan d. Pastikan pinggang tegak e. Angkat barang ke paras abdomen dan angkat barang perlahan-lahan, jika barang agak berat, tumpu dengan otot kaki f. Pastikan lutut bengkok ketika mengangkat barang g. Dapatkan bantuan jika barang terlalu berat untuk diangkat seorang h. Gunakan troli atau peralatan lain untuk mengalihkan barang yang terlalu berat. Cara yang salah atau perlu dielakan ketika mengangkat barang: a. Jangan angkat barang yang terlalu berat b. Jangan membengkokkan badan (pada pinggang) ketika memungut barang c. Hindarkan memutar pinggang ketika membawa barang berat d. Jangan mengangkat barang melebihi kepala e. Hindarkan mengangkat barang secara cepat atau mendadak f. Seimbangkan berat badan, pastikan mengangkatnya di tengah, dengan itu beban sama di kiri dan kanan g. Jangan mengangkat barang berat apabila memakai sepatu dengan tumit tinggi h. Jangan mengangkat barang berat apabila pernah mengalami atau menghadapi masalah sakit pinggang. Untuk melindungi diri dari sakit pinggang, maka di sarankan untuk mempraktekan teknik mengangkat sebagai berikut: 1) Mencoba beban yang akan diangkat 2) Recanakan gerakan 3) Gunakan sikap seimbang dengan saku kaki didepan 4) Raih beban kuat-kuat 5) Bengkokan lutut 6) Bawa beban sedekat mungkin dengan tubuh 7) Kencangkan otot perut ketika mulai mengangkat 8) Jaga kepala dan bahu tetap tegak 9) Angkat dengan lengan 10) Menurunkan beban ke bawah dengan hati-hati. Cara-cara mengangkut dan mengangkat yang baik haru s memenuhi dua prinsip kinetis, yaitu: 1) Beban diusahakan menekan pada otot tugkai yang kuat dan sebamyak mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan. 2) Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan. Untuk menerapkan kedua prinsip kinetis itu setiap kegiatan mengangkut dan mengangkat harus dilakukan sebagai berikut: 1) Pegangan harus tepat. Memegang diusahakan dengan tangan penuh dan memegang dengan hanya beberapa jari yang dapat menyebabkan ketegangan statis lokal pada jari tersebut harus dihindarkan. 2) Lengan harus berada sedekat-dekatnya pada badan dan dalam posisi lurus. Fleksi pada lengan untuk mengangkut dan mengangkat menyebabkan ketegangan otot statis yang melelahkan. 3) Punggung harus diluruskan. Dagu ditarik segera stelah kepala bisa ditegakkan lagi seperti pada permulaan gerakan. Dengan posisi kepala dan dagu yang tepat, seluruh tulang belakang diluruskan. 4) Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat. Satu kaki ditempatkan ke arah jurusan gerakan yang dituju, kaki kedua ditempatkan sedemikian rupa sehingga membantu mendorong tubuh pada gerakan pertama. 5) Berat badan dimanfaatkan untuk : 1) Menarik dan mendorong 2) Gaya untuk gerakan dan perimbangan. 6) Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui pusat gravitasi tubuh (Suma`mur, 1989:25). Tabel 1 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkatnya LEVEL BATAS ANGKAT (Kg) TINDAKAN 1. <16 Tidak diperlukan tindakan khusus yang perlu diadakan. 2. 16-34 Prosedur administratif dibutuhkan untuk mengidentifikasi ketidakmampuan seseorang dalam mengangkat beban tanpa menanggung risiko yang berbahaya kecuali dengan perantaraan alat bantu tertentu. 3. 34-35 Sebaiknya operator yang terpilih dan terlatih. Menggunakan sistem pemindahan material secara terlatih harus dibawah pengawasan supervisor (penyelia). 4. >55 Harus memakai peralatan mekanis. Operator yang terlatih dan terpilih. Pernah mengikuti pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja dalam industri. Harus dibawah pengawasan ketat. (Eko Nurmianto, 2003: 153). Permulaan dari pekerja yang mengalami keluhan nyeri pinggang adalah pada saat melakukan pekerjaan mengangkat, sebabnya adalah pembebanan berat yang terjadi secara tiba-tiba dan cara kerja yang salah memperbesar terjadinya kmungkinan tersebut. Bila seorang tenaga kerja mengangkat barang sambil membungkuk, tekanan yang besar sekali terjadi pada daerah pinggang sebagai akibat gaya pengungkit. Untuk mengangkat secara baik, perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1) Barang-barang yang merintangi ditiadakan sebelum pekerjaan mengangkat dilakukan. 2) Tinggi maksimum tempat pemegangan beban dari lantai adalah 35 cm. 3) Jika suatu beban harus diangkat dari permukaan lantai, dianjurkan untuk menggunakan alat-alat mekanis seperti kait at au katrol. 4) Beban yang akan diangkut harus berada sedekat mungkin dengan tubuh. 5) Pinggang harus lurus, agar bahaya kerusakan terhadap pinggang dihindarkan. 6) Mula-mula lutut bengkok dan tubuh berada pada sikap dengan pinggang lurus. Pada kegiatan mengangkut, diusahakan beban sedekat mungkin kepada garis vertikal tubuh. Dengan begitu upaya yang bersifat mengimbangi berkurang dan dihindari aktifitas otot yang statis yang tidak perlu. Pekerjaan mengangkut dengan beban di atas punggung kurang menguntungkan, karena beberapa otot perut menjadi berkontraksi statis (Suma`mur, 1989:28). Sikap tubuh dalam yang dikatakan secara ergonomi a dalah yang memberikan rasa nyaman, aman, sehat dan selamat dalam bekerja, yang dapat dilakukan antara lain dengan cara: a. Menghindarkan sikap yang tidak alamiah dalam bekerja b. Diusahakan beban setatis menjadi sekecil-kecilnya c. Perlu dibuat dan ditentukan kriteria dan ukuran baku tentang peralatan kerja yang sesuai dengan ukuran antropometri tentang kerja penggunanya d. Agar diupayakan bekerja dengan sikap duduk dan berdiri secara bergantian. (Sugeng Budiono. 2003: 128). Tabel 2 Berat beban yang dapat ditolelir untuk aktivitas angkat yang sering dilakukan Frekuensi Angkat Persentase Berat yang Boleh Diangkat (kg) Satu kali dalam 30 menit Satu kali dalam 5 menit Satu kali dalam 1-2 menit Satu kali dalam 10-15 menit Satu kali dalam 5 menit 95 85 66 50 33 (Eko Nurmianto. 1996: 179). Nyeri pinggang dapat disebabkan oleh: keadaan umum (seperti: kelelahan, ketegangan, kegemukan), cidera pada tulang belakang, sumsum tulang belakang dan serabut-serabut saraf. Beberapa penyebab nyeri pinggang: 1). Sikap yang salah Keluhan nnyeri pinggang akibat sikap yang salah da pat berupa pegal di pinggang yang sudah bertahun-tahun, pinggang terasa kaku, sulit digerakkan, dan terus menerus lelah. 2). Hernia Nukleus Pulppsus Nyeri pinggang yang dirasakan disertai dengan nyeri disekitar pantat, menjalar ke paha, belakang tumit, sampai ke telapak kaki. Perawatan pada nyeri ini adalah dengan istirahat berbaring di tempat tidur selama 2-3 minggu. 3). Karena Osteoporosis Keluhan nyeri pinggang akibat proses penuaan atau pengapuran tulang-tulang belakang (osteoporosis). Rasa nyeri bersifat pegal atau nyeri yang searah dengan jalur saraf yang keluar dari tulang belakang. 4). Karena Tumor Ganas Tumor ganas pada tulang belakang biasanya bersifat setempat atau karena penjalaran dari tumor payudara, tumor paru-paru, atau tumor prostat dan tumor indung telur (Sitorus, H.R, 1996: 128). Jika nyeri berhubungan dengan dengan sikap tubuh, trauma atau aktivitas yang sangat berat, jika diperhebat oleh aktivitas dan jika membaik oleh istirahat, maka tidak mungkin penyakit peradangan dan proses infeksi, tetapi di sebabkan oleh aktivitas fisik seperti mengangkat dan mengangkut barang. Kebanyakan nyeri pinggang akibat pengaruh faktor mekanik pekerjaan mengangkat, akan membaik dengan istirahat, pekerja merasa sakitnya berkurang kalau mereka sedang duduk atau istirahat ditempat tidur. Keluhan nyeri pinggang akan membaik setelah beristirahat. Akan tetapi banyak penderita merasa sakitnya berkurang kalau sedang duduk atau berjalan. Pada penderita dengan nyeri pinggang, istirahat, pengurangan aktivitas, dan pemanasan sering memberikan keringanan. Olahraga teratur untuk menguatkan otot-otot pinggang dan menghindari kegemukan banyak membantu dalam mencegah terjadinya Keluhan nyeri pinggang (Maringan S, 1996: 27).

2.1.9 Kerangka Teori

Gambar 2 Kerangka Teori Keterangan: garis putus menunjukkan variabel yang akan diteliti Sumber: Sitorus. 1996: 38 Suma'mur. 1989:165 Gibson. 1998:62.

2.1.10 Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Gambar 3 Kerangka Konsep 

2.1.11 Hipotesis 

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 45). Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan antara teknik mengangkat beban dengan keluhan nyeri pinggang pada pekerja penggangkut barang di Jalan Beteng Semarang Tahun 2005.